Cerpen Rezy D Riswandy: Hujan yang Meneduhkan

00.55 Zian 0 Comments

Hujan datang tak terburu-buru, ia menetes kecil dipermulaan kemudian bisa saja menjadi deras, ini selalu terjadi di semua tempat di bumi. Sama hal nya ketika aku mengajaknya berteduh di warung kayu. Kami memandangi hujan, mengamati setiap butiran air yang jatuh melalui ujung atap warung kayu itu. Hujan turun dengan iramanya, menetes, lebat, dan angin membantunya menari. Dan dia adalah hujan buatku, seperti hujan ia datang secara tiba-tiba, dia bisa menjadi apa saja seperti hujan yang jatuh ketempat apapun – dimanapun di dunia ini. Seperti hujan ia juga memberikan kesejukan, sejuk yang berarti dingin yang meneduhkan, meneduhkan apapun yang terasa terlalu panas ketika dunia memberimu perjalanan yang begitu panjang. Dia wanita yang kucintai hatinya, Lakeisha adalah hujanku, hujan yang diturunkan Tuhan khusus untukku.

Hujan adalah anugrah Tuhan kata banyak orang dan malaikat turun bersamanya. Hujan menyimpan berbagai kenangan ucap mereka yang pernah mengalami berbagai hal ketika hujan turun. Hujan adalah proses alam, gumpalan awan positif yang bertemu gumpalan awan negatif, bertabrakan dan wala! Hujan turun setelahnya.
Se-memoriable-nya sebuah hujan, se-deepest-nya makna hujan, seromantis apa pun hujan, ia tetaplah air, maka kami berteduh agar tak kebasahan sore itu. Aku mengajaknya berteduh, memaksanya mungkin, aku hanya takut ia akan sakit ketika begitu padat jadwal kuliahnya setengah tahun ini. Sementara itu hari ini ia begitu bersemangat melihat matahari yang tenggelam dilaut, diujung pantai senja ini. Ia mengajak ku menembus hujan, setelah selesai doa siang nya di mesjid yang kami singgahi. Kami menembus hujan, dengan Madona motor kesayanganku kami melewati bukit-bukit hijau dikiri kanan, hamparan penghijau sawah turut menemani, kebun-kebun diam dalam hujan, sesekali angin membuatnya bersuara dalam desiran dedaunan, Lakeisha tersenyum beberapakali berbicara tapi tak dapat jelas ku dengar, hanya ku “iyakan” saja, tapi yang jelas ku tahu ia sedang berbahagia hari ini.
Kami tiba diujung tanah ditepian pantai, hujan telah berhenti, lalu kami memandangi gumpalan awan, mencoba bermain dengan imajinasi dengan bentuk-bentuk hayalan dalam kepala, tak lama hal-hal kekanakan itu membuat gelak tawa kami merekah. Hujan kembali turun, namun tak deras hanya butiran air yang berjatuhan cukup banyak, aku kemudian mengajaknya lebih jauh ketepian pantai,
“Kau mau berteduh disitu saja atau mau kesana menikmati hujan gerimis ini denganku?” Ucapku sambil memandangnya penuh cinta.
“Ouhh.. okeee, kita jalan-jalan sekarang”
“Hei, jika suatu saat nanti aku pergi, kau akan bagaimana??”
“Bagaimana apanya?? Kamu ngomongin apa sih??”
“Ia, jika yang pernah kita obrolkan kemarin benar-benar terjadi  bagaimana, apa yang akan kamu lakukan?”
“Hahaha aku ngak mau itu kejadian begoo”
“Haha ini kan misal”
“Aku akan mengikutimu, kemanapun, dimanapun”
“Kalau tidak bisa bagaimana? Mau kah kamu menunggu aku?”
“Emmm.. tentu aku pasti akan menunggu, memang berapa lama?”
“Tiga tahun misalnya??”
“Hahaha kau mau aku gila ya?!?!?”
Kami tertawa saja atas obrolan tepi pantai itu, sunset yang ingin dilihatnya gagal kami lihat, ditengah laut terlihat jelas badai sedang tepat di titik matahari biasa terbenam. Di langit yang lebih tinggi tepat dibagian tak berawan, terlihat jelas bias cahaya matahari berwarna jingga, warna khas matahari terbenam. Mungkin Tuhan memang tak mengijinkan kami untuk melihat matahari senja ini. Tuhan telah sengaja membiarkan hujan menemani perjalanan kami hari ini. Bahkan ketika ditepi pantai, Tuhan sengaja menurunkan hujan lembut, aku lebih suka menyebutnya gerimis romantis. Gerimis romantis adalah hujan dengan buliran-buliran kecil air yang turun, tak membuat mu kuyup tapi meneduhkan suasana, kau bisa melakukan apa saja ketika hal ini menemui mu. Di senja itu aku membawanya ketepian laut, menikmati lagu-lagu yang diciptakan ombak, menikmati badai yang mengagumkan dikejauhan, merasakan angin yang lembut dan tentu saja hujan yang meneduhkan.

Sumber:
http://www.kompasiana.com/reizy/lakeisha-hujan-yang-meneduhkan_54f7b2bda33311661b8b4794

0 komentar: