Tampilkan postingan dengan label Muhammad Ilham. Tampilkan semua postingan

Cerpen Muhammad Ilham: Tolong Aku!

Saat umurku dua bulan, ayahku meninggal, berarti ibuku menjanda. Ibuku itulah satu-satunya yang mengajariku bagaimana trik masuk surga.
Kata ibuku, ayahku orang yang budiman. Makanya dia berujar,”Sayang, pokoknya apa yang kamu mau, bisa didapatkan di surga. Bahkan kamu bisa bertemu ayahmu di sana.”
Diajak shalat, aku manut saja, karena dua alasan :pertama, mushalla komplek, tempat biasa aku shalat, adalah sekaligus tempat bermain di malam hari, kedua, aku ingin masuk surga!
Disuruh puasa, aku menurut juga karena dua alasan,: pertama, aku malu sama teman-teman jika tidak puasa sebab semuanya puasa, kedua, aku ingin masuk surga!!
Diajari ngaji oleh Ustadz Raffi, yang sekaligus merangkap jadi ayah baruku, aku sanggupi juga karena dua alasan: pertama, aku takut dimarahinya, kedua aku ingin masuk surga!!!
Orang kebanyakan jika ditanya, kenapa ingin masuk surga? Jawabannya mungkin adalah ingin merasakan betapa lezatnya nikmat di surga. Namun aku tidak demikian. Aku punya motif terselubung. Tapi sayang, untuk sementara aku malas membicarakannya. Mohon jangan paksa aku.

***

Cerpen Muhammad Ilham: Ngarai Garea

Narnia duduk di closed toilet umum. Matanya masih menyisakan sedikit air, karena dia baru saja muntah. Dia buka screen netbook di pangkuannya, mengawali googling dengan keyword “ngarai tertinggi”.
Dari sekian banyak yang ditawarkan google, Narnia memilih satu ngarai yang dia yakini mempunyai kapabilitas dapat memuaskan keinginan terakhirnya. Ujung bibirnya ditarik senyum. Sayang, senyumnya tak semanis dahulu. Hambar dan getir, seolah menemukan sesuatu yang mengerikan namun harus diterimanya tanpa toleransi.

***

Cerpen Muhammad Ilham: Budaya Psikopat

Kepulan asap menguasai salah satu titik Distrik Nurema, bagian utara Pulau Gigoba. Biasanya wilayah ini memang surganya asap dari pabrik-pabrik raksasa. Penyumbat pernapasan dunia.Tapi kali ini asapnya berbeda. Asap kali ini bukan lagi sebetas asap yang membunuh manusia pelan-pelan seperti hari biasanya.
Baru saja sebuah pabrik meledak. Pabrik beton itu melumer usai ledakan hebat. Tanah bergetar, seperti gemerutuk rahang kambing waktu musim dingin. Sejurus kemudian, situasi terlalu kacau untuk suatu hari di pagi minggu yang cerah. Hal ini bersangkutan nyawa para buruh pabrik yang rekatannya sudah agak longgar di jasad disebabkan oleh api yang mengepung dan tekanan ledakan serta benda-benda yang terbang akibat tekanan tersebut.
Faruq cedera ringan di lengan kanannya akibat percikan api. Pagi ini ahli kimia itu pergi ke laboratium melewati jalan depan pabrik naas itu. Seharusnya lab tutup hari ini, tapi kunci di tangannya. Dia bisa berbuat apa saja di ruangan yang sangat mengerti akan dirinya itu. Saat itu dia membeli rokok, atau lebih tepatnya tembakau dalam rokok untuk bahan percobaan di kios samping pabrik. Tiba-tiba saja terdengar dentuman keras. Seketika atap pabrik terlepas ke langit. Dari celah-celah keluar benda-benda kecil yang terbakar. Salah satunya menimpa lengan Faruq.

Cerpen Muhammad Ilham: Iblis Tidur

Akulah pemilik mata merah. Memyeret-nyeret kaki di trotoar yang terang dan gelap berselang-seling. Bibirku mengapit sebatang rokok menthol. Jadilah mulutku bak knalpot mobil tahun tujuh puluhan. Seperti pisau, udara malam menusuk belulangku, setelah berhasil menembus kemeja dan pori-poriku. Aku tahu bahwa diriku kedinginan, tapi aku melepaskan jasku dan menggantungkannya di salah satu pundak. Bukan apa-apa, ini karena tuntutan. Bukankah tuntutan dari orang yang stres itu mesti berpakaian acak-acakan? Kemejaku pun kancingnya lepas sebagian dan dasi kujadikan penutup mata. Aku ingin tidur!
Akulah pemilik mata retak. Menyusup di sela-sela bangunan raksasa. Jalan-jalan telah lengang, hanya beberapa mobil yang kadang berhenti di samping wanita ber-make up menor dan ketika mobil tersebut jalan lagi, wanita tadi hilang dari tempatnya.