Cerpen M. Hasbi Salim: Emas Madinah
Bu Ijah selalu memamerkan gelang yang dibelinya di salah satu toko emas di Madinah kepada teman-temannya, termasuk kepada Bu Fatma, teman seregunya. “Kalau kau mau membeli emas yang seperti ini. Nanti kutunjukkan tokonya,” ucapnya dengan bangga.“Pergi haji masih bisa beli perhiasan pula, pastilah telah membawa banyak uang, Nich!” ucap Bu Fatma. “Kalau saya tidak mungkin, soalnya …,” lanjutnya berat.
“Ini sudah saya persiapkan jauh-jauh hari sebelum berangkat, sebab yang beginian hanya ada di sini,” ucap Bu Ijah sambil mengeluarkan gelangnya yang terlindung lengan bajunya.
Bu Fatma sesungguhnya sangat tertarik untuk membeli perhiasan seperti itu. Namun, ia menyadari sepenuhnya bahwa uangnya hanya cukup membeli keperluan pokok dan sedikit oleh-oleh buat keluarga di kampung yang dengan susah payah mengantar keberangkatannya sampai bandara, sehingga keinginannya untuk memiliki emas Madinah segera dikuburnya dalam-dalam.
Di tengah malam yang sepi dan senyap tiba-tiba Bu Fatma tertawa renyah sendiri. Sementara Pak Jali, suaminya yang tadinya tidur nyenyak jadi terjaga. “Ada apa, Bu?” tanya Pak Jali sambil membangunkan istrinya.