Cerpen Hajriansyah: Lelaki Pemburu Petir
Cerita ini bermula dari sebuah catatan dari seorang sarjana yang datang dari kota ke kampung kami. Kami paham, bahwa petir memang demikian indah. Di ujung kampung, di tebing sungai di bawah pohon rambai yang menjuntai indah, kami permaklumkan sebagai kubur Datu Petir; seorang yang bijaksana yang pernah mengajari kami tentang potensi kebaikan pada diri manusia.
Lelaki itu melangkah pergi ketika hari itu hujan deras mengguyur tanah perkampungan berawa-rawa. Di sebuah tikungan ia membelok, dan ia berdiri di atas jembatan menghadap ke sungai. Sungai kecoklatan warnanya. Hujan menubi-nubi ke lumpur di bawahnya. Lumpur-lumpur bercampur air, mewarnai sungai yang dingin. Sebuah petir berlarian di ujung langit sana. Cahayanya serupa akar menjalar yang membayang dalam lompatan yang sangat cepat. Gdublaar! Duarr! Daarr!
Ia memandang berpicing mata. Ia mencari di mana titik lenyap runcing petir berakhir. Ia menerjunkan dirinya ke sungai. Ia berenang seperti kesetanan—seperti terbang—dan kemudian menyelam. Lama ia menghilang di kedalaman. Tak terlihat bayangan. Setiba-tiba ia membuncah serupa gelombang, seperti meloncat dari air, dan.. duaarr!