Cerpen Irza Setiawan: Tragedi di Balik Bencana
Suara gerimis terus memacu dalam keheningan malam yang panjang, udara dingin terus meresap kulit, angin terus bergumpal-gumpal seakan mau menghancurkan udara malam, rasanya jaket yang kukenakan tidak cukup untuk menahan ganasnya dingin, kuliat wajah istriku yang nampak lebih anggun di balut mukena sucinya, kami sudah melaksanakan shalat malam bersama, meraih cinta ilahi dalam sepertiga malam, berjuang bersama dalam ikatan doa sebagai simpul kelemahan, sebagai hambaNya yang kadang merasa kurang di balik kemampuan yang telah di anugerahkan, kibaran sejuknya air wudhu nampak masih kurasakan di setiap inchi kulitku.Istriku bernama Anna, dia adik kelasku semasa SMA sekaligus patner diskusiku dalam hal keagamaan, kami memang sudah lama saling mengenal namun baru akrab setelah kami memasuki dunia perkuliahan, kedekatan kami semakin erat ketika bersama-sama masuk dalam organisasi Lembaga Dakwah Kampus, dan akhirnya ikatan pun terwujud, aku bersanding dengan seorang perempuan yang selalu kupanggil bidadari dalam setiap puisi-puisiku yang tercipta, hal yang selama ini kumimpikan tercapai.