Tampilkan postingan dengan label Leny Apriyanti. Tampilkan semua postingan

Cerpen Leny Apriyanti: Gundukan Tanah Merah

“Umi harusnya tahu bagaimana perasaan Alif, mana mungkin Alif bisa begitu saja menerima seorang wanita yang tiba-tiba mengaku sebagai ibu kandung Alif?!!” Itulah yang disuarakan Alif sebelum melangkahkan kakinya menuju kamar berpintu ukiran. Meninggalkan seorang wanita paruh baya yang terperangah, tak percaya pada perkataan keras anak asuhnya. Ini bukan Muhammad Alif Febrian yang dikenalnya. Tapi wanita paruh baya tersebut memahaminya... Karena dirinya tahu.
Umi Huda, begitu anak-anak asuh memanggil wanita paruh baya itu. Pandangan Umi Huda menerawang... Kala itu, Alif masih berusia enam bulan saat polisi mengantarkannya ke Panti Asuhan Bumi Mulia yang di kelolanya. Polisi hanya menjelaskan bahwa selangkah lagi Alif akan dijual oleh ibu kandungnya seharga 15 juta. Senyum Alif merebak saat itu, Umi Huda mencintainya, mencintai senyum tulus dari seorang anak terbuang layaknya Alif. Bahkan cinta Umi Huda masih sama hingga kini Alif telah sukses menjadi seorang perawat profesional di salah satu rumah sakit terkemuka di Banjarmasin. Kesuksesan tak meninggikan hati Alif, tekad yang membuat Alif tetap bertahan di panti, membantu perekonomian panti, meringankan beban Umi dan ingin bersama adik-adik panti katanya. Subhanallah.