Cerpen Rismiyana: Ken
“Ta, kalo boleh jujur, kamu adalah orang yang paling keras dari sekian banyak orang yang pernah kutemui.” Mbak Titis berkata pelan. Matanya mengerjap beberapa kali. Aku tahu, pasti berat baginya untuk mengatakan penilaiannya barusan.Aku sendiri hanya mengangkat alisku sesaat. Lalu tersenyum sambil memandang wajahnya.
“Walau begitu aku tetap menyukaimu, karena dari awal ketemu aku udah ngerasa kamu baik.”
Kali ini aku tertawa mendengar penilaiannya itu. Siapa sih yang tidak senang disebutkan sifat-sifat baiknya. Tapi, bagiku penilaian yang pertama tadi jauh lebih berbekas.
Mungkin bagi Mbak Titis yang lembut dan besar di lingkungan Jawa Priyayi, yang baru saja menamatkan Pascasarjana UGM, berhadapan dengan remaja sepertiku adalah hal baru dalam hidupnya.
“Manusia itu seperti tanah, ia memberikan kehidupan berupa tumbuh-tumbuhan sebanding dengan sinar matahari dan air hujan yang ia terima dari langit yang menaunginya.”
Lanjut Mbak Titis lagi berfilosof.
***