Cerpen Khairi Muhdarani: Tabir Cinta Bidan dan Polisi

20.08 Zian 0 Comments

Zulfa sangat kecewa dengannya. “Ini profesionalisme”. Kata lelaki di sampingnya itu. “Tapi aku ini pacarmu...!”. Zulfa meyakinkan lelaki berpengawakan tegap itu. Seorang lelaki yang bisa dikatakan sempurna. Mempunyai fisik yang menunjang penampilan. Bagaimana tidak, seoarang lelaki muda yang berprofesi sebagai Polisi ini terlihat gagah dan menarik perhatian kaum hawa. Tetapi masih bisa dikatakan serasi dengan Zulfa yang tak lain seorang mahasiswi akademi kebidanan terkemuka di Banjarbaru. Tubuh tinggi semampai, rambut lurus sepunggung, mata setajam belati, alis membibir pantai dan didugung dengan senyum manis yang membuat jantung lelaki berdetak tak menentu dibuatnya.
Sepasang kekasih itu masih saja diam. Kebisuan itu terjadi beberapa saat. Lelaki itu mencoba memegang tangan kekasihnya kemudian berucap “kamu harus mengerti pekerjaanku beb!”. Lirihnya.
“Iya, tapi aku ini pacarmu”. Zulfa masih saja mengulang perkataan itu.
”Benar, aku memang pacarmu, tapi....”. Lelaki itu sedikit tak berdaya dan seakan kehilangan kewibawaannya sebagai seorang polisi di hadapan kekasihnya.
”Tapi apa? Aku malu beb kalau semua ini terjadi, apalagi kamu yang melakukannya”. Zulfa berhenti sebentar kemudian melanjutkan perkataannya.

”Semua orang tau beb kalau Zulfa yang cantik ini adalah pacarnya Lana seorang polisi yang menjadi rebutan mahasiswi-mahasiswi Akbid seantero Martapura dan Banjarbaru. Mau dikemanakan muka aku ini kalau kamu melakukan itu kepadaku?”. Jelas Zulfa kepada Lana.
”Iya, aku ngerti beb. Bahkan sangat ngerti. Tapi kamu taukan pekerjaanku, kamu taukan profesionalisme-ku, pekerjaan seorang polisi lalu lintas memang seperti ini”. Jelas Lana kepada Zulfa.
”Kamu selalu bicara profesionalisme beb. Aku juga seorang tenaga profesi beb. Aku ini bidan beb. Tapi aku masih bisa memperhatikanmu. Aku sempat meninggalkan dinas hanya untuk memberikan perhatian lebih kepada ponakanmu yang saat itu harus di rawat di Rumah Sakit tempat aku dinas karena  DBD”. Sembur Zulfa.
”Iya, tapi kan saat itu aku sudah memintamu untuk kembali dinas, dan membiarkan ponakanku dirawat bidan yang lain”. Lana membela diri.
”Tapi aku tetap melakukannya karena aku sayang sama kamu beb”. Sembur Zulfa lagi. Dan Lana hanya diam.

***

Mentari mulai memanjat hari. Klakson kendaraan bermotor sahut bersahutan. Lalu-lalang pelajar maupun mahasiswa mulai bekurang dan hanya menyisakan satu atau dua orang yang mungkin memilih putar arah dari tujuan semula ke sekolah atau kampus, berbalik ke arah yang tak seorang pun tau. Tetapi sepasang kekasih itu masih saja terlibat pedebatan alot di tepi jalan.
”Aku ini pacarmu beb, aku sudah hampir terlambat kuliah ini”. Perkataan memelas itu seperti sebuah wirid di mulut mahasiswi kebidanan yang bernama Zulfa itu.
”Tapi...”. Lana mulai sedikit bosan mengulang perkataannya tentang profesionalisme.
”Kamu pasti mau bilang profesionalisme lagi. Sebenarnya kamu itu sayang atau tidak sich sama aku?”. Ketus Zulfa.
”Kenapa kamu bicara seperti itu?”. Lana sedikit tersulut emosi dengan sikap manja kekasihnya yang selalu mau menang sendiri.
”Kamu ti ti tidak sayang lagi ya sama aku?”. Zulfa terbata dan linangan air yang sedari tadi mengambang di pelopak mata terteumpah jua ke pipi mulusnya.
”Eh, kok malah nangis gitu”. Lana sedikit merasa bersalah dan mengambil sapu tangan kemudian menyeka air mata kekasih yang disayanginya itu.
”Kamu yakin beb akan melakukan ini kepadaku? Kamu sudah mempertimbangkannya?”. Zulfa kembali berucap setelah air matanya bisa tertahan.
”Sepertinya kamu sudah tau jawabanku beb, kamu sudah tau tentang jiwa profesionalisme-ku”. Jawab Lana yakin sambil memandang lekat wajah kekasihnya.
”Baiklah, mana surat tilangnya? Sini aku tandatangani!”. Pasrah Zulfa yang akhirnya mengalah dengan kekasihnya.
”Nah gitu dong! Itu baru beb ku yang pengertian”. Lana tersenyum merasa menang. Dan Zulfa hanya senyum kecut sambil menandatangani surat tilang dari Lana.
”Lain kali jangan lupa bawa SIM dan STNK ya beb!”. Ledek Lana kepada kekasihnya.

Astambul, 09 Agustus 2011.

Sumber:
https://www.facebook.com/notes/khairi-muhdarani/tabir-cinta-bidan-dan-polisi/10150404919918242

0 komentar: