Cerpen Khairi Muhdarani: Lirikan Matamu
Banjarmasin sangat panas siang ini. Jaket favorit Heldi yang sudah berwarna keabu-abuan itu tidak terlalu kuat untuk membedung sinar mentari yang seakan-akan menjilat perut bumi dengan lahabnya. Belum lagi padatnya kendaraan bermotor yang seakan membuat jantung kota Banjarmasin terasa sangat pengap. Apalagi ini merupakan bulan puasa, terang saja Heldi sedikit meringis menahan panas dan haus yang membuat kerongkongan terasa tandus.Heldi memutuskan untuk mampir di Duta Mall Banjarmasin. Memang sudah direncanakan sebelumnya, sepulang dari regestrasi Mahasiswa baru di UNISKA Banjarmasin, Heldi berniat membeli sebuah buku di Gramedia. ”Samsara” buah pena dari Zara Zettira ZR adalah buku yang menjadi incaranya. Terobsesi setetalah membaca karya Zara yang berjudul ”Cerita Dalam Keheningan”. Heldi seperti terhipnotis dengan cara bercerita Zara yang dianggapnya liar dan sangat imajiner. Sontak membuatnya ingin membaca karya-karya Zara yang lainnya.
***
Duta Mall Banjarmasin tidak seramai biasanya. Jumlah pengunjung maupun toko yang hampir sama sepinya. Pengaruh bulan Ramadhan terlihat jelas dari aktivitas Mall satu-satunya di Banjarmasin ini. Diskon besar-besaran di lantai dua itu mengundang perhatian banyak orang. Tetapi Heldi lebih memilih untuk naik ke lantai tiga dan langsung mengarahkan langkahnya ke Gramedia. Belum sempat menemukan buku yang dicarinya, Heldi malah tertarik melihat beberapa susunan buku. Pada susunan buku diletakkan sebuah papan nama atau apalah namanya yang bertuliskan ”buku-buku best seller”. Beberap novel karya Kang Abik dan novel-novel relegius lainnya mendomisili susunan buku best seller itu. Entahlah, kalau jaman dulu cuman ada Buya Hamka yang terkenal dengan karya-karya relegiusnya. Saat ini malah penulisan dengan tema relegius seperti menjamur dan disukai pasar.
Bukan cuma tulisan ”best seller” yang terpampang jelas itu yang menjadi pusat perhatian Heldi. Tetapi seorang gadis berlesung pipi dengan kerudung ungu, baju merah tua dan rok panjang kecoklatan menggoda puasanya. Berpura-pura mengambil sebuah buku, sejurus kemudian Heldi sudah berhasil berada tepat di sisi kanan wanita itu.
”Cari buku apa?”. Sapa Heldi dengan tenang.
”Kada, lagi melaliat banar ai kupina ada nang bagus!”. Jawab wanita itu lembut.
”Oh, suka novel kah?”. Tanya Heldi dengan wajah ceria. Terang saja bahagia. Berhasil membuat wanita disampingnya senyum-senyum tersipu malu dengan cara bicaranya yang menggoda.
”Inggih, makanya lagi liat-liat nah”. Jawab wanita itu dengan senyum dan tersipu malu, tetapi mata sekilas melirik ke arah Heldi. Sementara Heldi merasa di atas angin meliat tingkah wanita itu yang seperti malu-malu dengannya. ”pertanda mangsa masuk perangkap” pikir Heldi.
”Ngomong-ngomong nagaran kam sapa?”. Heldi mengulurkan tangan kanannya, dan tangan kirinya masih memegang buku yang diambilnya tadi.
”Ngaran ulun Risma”. Wanita itu menjabat tangan Heldi masih dengan senyumnya yang menampakkan lesung di pipinya.
”Sorangan aja kah?”. Tanya Heldi masih dengan sorot mata yang menggoda.
”Inggih sorangan ja. Pian pang, lawan bini pian kah ke sini?”. Wanita itu balik menggoda.
”Bini apanya, pacar aja kadada bisi...!”. Jawab Heldi jujur.
”Masa pian kadada bisi bini? paling kada bisi pacar kelo lah yang bakalan jadi calon bini pian?”. Wanita itu kian menjadi dengan senyum yang sepertinya menggoda atau malah meledek, karena dibalik senyumnya ada sebuah lirikan yang misterius.
”Emang aku ne keliatan tuha kah jadi ikam kira aku sudah bisi bini?”. Heldi sedikit sewot, tetapi tak mau kehilangan mangsanya.
”Kadanya kaya itu pang!”. Jawab wanita itu masih senyum yang menggoda dan membuat Heldi bertanya-tanya.
”Terus pang kenapa?”. Tanya Heldi penasaran. Dan wanita itu hanya senyum.
”Neh lo, kenapa jadi senyum-senyum kaya itu aja?”. Tanya Heldi makin penasaran.
”Buku nang di tangan pian tu handak pian tukar kah?”. Tanya wanita itu dengan senyum yang berusaha menahan tawa. Dan sejurus kemudian Heldi langsung meletakkan buku yang dari tadi dipegangnya. Setelah menyadari buku yang dipegangnya berjudul ”Gauli Istrimu dari Sebelah Kanan”. Heldi salah tingkah. Dia mengambil buku tanpa menyadari buku yang diambilnya.
”hayooo...! bujuran gerang pian kadada bisi bini? Terus buku tu gasan apa”. Goda wanita itu yang sudah tau kalau Heldi salah ambil buku.
”Astagfirullah, kunci motorku ketinggalan, kada ingatan memacul tadi nah...!”. Heldi berlari kecil keluar dari Gramedia dengan wajah seperti kepeting rebus. Dan meninggalkan wanita itu yang sedari tadi senyum dan membuncah menjadi tawa.
Astambul, 23 Agustus 2011.
Terinspirasi ketika melihat sebuah buku berjudul ”Gauli Istrimu dari Sebelah Kanan” di Gramedia Duta Mall Banjarmasin.
Sumber:
https://www.facebook.com/notes/khairi-muhdarani/lirikan-matamu/10150416848783242
0 komentar: