Cerpen Taufik Rahman: Negeri Dongeng

18.50 Zian 0 Comments

Di suatu tempat nan jauh diujung tenggara benua Asia, terdapatlah sebuah Negara besar yang dilintasi Equator, negrinya para pejuang, petarung, dan para pahlawan, negeri yang memiliki berbagai macam keindahan, sebuah Negara yang tersusun dari lima pulau besar yang dihuni berbagai suku bangsa. Orang-orang menyebut negeri ini dengan sebutan Kokunesia. Kokunesi adalah negeri yang sangat damai dalam kemajemukan.
Barneo, Andalus, Batvea, Lewisi , dan Nuginea.  Barneo adalah pulau terbesar di Kokunesia, Pulau sekaligus Provinsi Barneo terletak tepat ditengah-tengah negeri.

***


Isakan tangis tak tertahankan pabila kau mendengar suaranya, tersedu-sedu. Tidak adalagi yang dapat diperbuat oleh gadis 21 tahun ini.
“Mengerti apa kau tentang hidupku”. Bantah Nayla.
“Ini demi masa depanmu sayang, ”Lelaki paruh baya itu dengan suara yang agak datar.
“Kau tahu apa tentang hidup? sikap menolakmu ini tidak mempunyai alasan. Banyak orang yang panjang pengalamannya tapi tk kunjung belajar, namun tak jarang pengalaman yang pendek mencerahkan sepanjang hidup. Aku, Ayahmu memiliki dua hal itu. Pengalaman-pengalamanku yang panjang dan sepanjang itu aku belajar. Ku mohon sayang, turuti saja, kali ini saja.” Lanjut lelaki itu sebelum semuanya menjadi tenang.
Tamparan Jauhari membuat pingsan Nayla. Anaknya.

***

Seperti Zainuddinnya Hamka di Tenggelamnya Kapl van Der Wijk, Stephennya di Magdalena, Jimnya Tere Liye di Sang Penandai, atau bahkan Romeonya Shakespeare di sandiwara tragedinya. Samsul Bahri merasakan pengalaman yang sangat menyedihkan, lebih menyedihkan dari keempat tokoh fiktif rekaan tersebut. Sms yang diterimanya seminggu yang lalu ternyata adalah pesan perpisahan dari sang kekasih.
“Saat inilah jika rasa yang selalu kau umbar adalah benar, tapi percayalah, aku tidak pernah merasakan sedikitpun keraguan kala kau mengatakannya. Kutunggu kau dalam 3 hari ini, saat menyatakan perasaan itu kehadapan Ayahku, atau jika tidak, antara Pejabat  dari Batvea dengan Kau tidak akan pernah melihatku lagi untuk selamanya. Tidak akan.” Begitulah bunyi SMS yang diterima Samsul.
Menerima pesan yang bernada ultimatum sekaligus harapan itu Samsul tidak tahu apa yang dapat diperbuatnya. Gaji honor yang diterimanya sebagai guru di sekolah madrasah tentu tidak akan cukup untuk mahar. Apalagi melangsungkan acara perkawinan. Satu-satunya yang iya yakini saat ini ialah, iya sangat yakin Nayla tidak akan pernah menjadi pasangan hidupnya. Hanya itu.
Dan Ternyata Nayla tidak main-main dengan pesan yang dikirimnya.
Sebelum matahari muncul dari tempat persemayamannya, dinginnya embun shubuh di Desa Kapucahan sangat tidak tertahankan. Memang pagi di Pulau Barneo terkenal sejuk, saking sejuknya sampai menusuk ke dalam sumsum.
Aliran embun turut mengalir bersama suara lantunan Adzan Shubuh, dinginnya pagi ini tidak menyurutkan niat orang-orang desa menuju kemenangan, menghadap Tuhan. Di tengah harmoni aliran suara adzan dan derap kaki para warga yang mendatanginya, seakan-akan suara lekikan teriakan pria setengah baya merusak semua itu. Orang-orang terkejut.
Lekikan suara itu segera membuat warga membelokan langkah kaki dari semula menuju masjid, pergi mengejar sumber suara.

***

Tangisan pria paruh baya didepan ranjang putrinya yang sedang tertidur dengan meronta-ronta menjadi tontonan yang dirasakan sangat aneh oleh warga. Pa Jauhari seorang kaya didesa Kapucahan ini seumur-umur tidak pernah menagis seperti saat ini.
“Tenanglah pak, ada apa ?” Tanya Hasan si Kepala Desa, dengan penuh keheranan.
“Nayla, lihatlah…..” dengan terbata dan isak tangis, Pa Jauhari mencoba menjelaskan.
Wajah putih bersih tanpa noda itu terlihat pucat pasi, tidak bereaksi sama sekali terhadap keributan yang dibuat oleh pak Jauhari. Bukan, gadis ini tidak tidur, busa-busa kecil menutupi bibir indahnya, Nayla bunuh diri dengan meminum racun serangga.
Dia sama-sekali tidak main-main dengan ucapannya yang iya kirimkan kepada Samsul.

***

Apakah hal yang terpenting dalam kehidupan ? Jika kita bertanya kepada sn. Jika kita seseorang yang sedang kelaparan, jawabnya adalah makanan. Jika kita bertanya kepada seseorang yang sedang kedinginan, jawabannya adalah kehangatan. Jika kita ajukan pertanyaan yang sama kepada orang yang merasa kesepian dan terasing, jawabnnya barangkali adalah ditemani orang lain.
Begitulah relatifitas kehidupan, sama relatifnya dengan perasaan yang diraskan oleh Samsul, desas-desus cibiran terhadapnya yang dituding sebagai biang penyebab kematian Nayla oeh tetangga membuat hati dan akalnya goyah, imannya mulai tak sanggup menghadapi semua itu. Sekarang pikiran keruhnya hanya memikirkan bagaimana dia bisa pergi dari Kapucahan atau hijrah ke kota.
Otaknya serasa hampir mau pecah karena masalah yang dihadapinya. Bulat sudah tekad Samsul untuk pergi dari desa yang sudah tidak lagi bersahabat. Dalam pikirnya menguatkan hatinya untuk pergi bahwa, bukankah nabi Besar pun pernah pergi meninggalkan Mekkah sewaktu menyiarkan agama besar ini, lalu apa salahnya dengan dirinya saat ini, sah-sah saja jika iya pergi meninggalkan semua masalahnya. Tidak masalah.
         
***

Paripurna sudah semua tekad dan hasratnya untuk pergi dari Kapucahan. Ke esokan harinya saat kabut tebal masih menghalagi keelokan gunung-gunung yang memesona di seluruh Barneo, Samsul Bahri pergi meninggalkan kampung yang tak lagi bersahabat itu, terseok memanggul ransel dan menyeret koper butut yang berat, berjalan bagai pasukan yang kalah perang.
Berjalan menuju rumah Ashlan yang berada di desa Parayangan dirasakannya sangatlah berat, ya, hanya Ashlan lah yang dimilikinya, teman dekatnya, sahabatnya, Tidak ada yang lain lagi.
Ashlan Magdar nama lelaki itu. 22 tahun. Tipikal pekerja keras, sama seperti Samsul, Ashlan juga sorang guru madrasah. Namun kehidupannya tidaklah sesulit Samsul yang hidup semata-mat dari gaji honor, Ashlan memiliki kehidupan yang cukup mapan, ayahnya seorang ternama lagi kaya raya di Parayangan.

***

Delapan jam perjalanan telah berakhir, sampailah sudah dua lelaki dengan menggunakan sepeda motor di kota Bandarmasih. Ashlan menghentikan sepeda motornya di Terminal Pramuka.
“Terima kasih kawan….” Ucap Samsul dengan bersahaja.
“Ini bukan apa-apa Sul”, sahut Ashlan
“Kemana tujuan mu di kota Megapolitan ini ?” sambung Ashlan bertanya.
“Namanya Pa Jumhar Asbath, dia kenalan kakekku. Sawaktu masih hidup Kakekku pernah bercerita kalau suatu saat aku mengalami kesulitan di Kota Bandarmasih maka pergilah ke Tuan Jumhar.” Jelas Samsul
“Sekarang kau tahu dia dimana ?”
“Dia ada gedung Partai Khilafah Islamiyah”
“akan ku antar kau kesana” Ucap Ashlan

***

“Dia memang orang baik,”ingat Jumhar kepada Samsul
“Kepedulian kecil kita di hari ini sedikit banyak tentu akan berdampak sesuatu dimasa depan, apalagi kepedulian besar yang kita wujudkan. Itulah yang kakekmu ajarkan kepadaku” Lanjut lelaki berkepala enam itu.

***

Empat tahun sudah Samsul tinggal dengan orang yang sama sekali baru dikenalnya, tapi dalam benaknya, Syeikh Jumhar Asbath begitulah iya dipanggil oleh para simpatisan partai yang dibinanya, Partai Khilafah Islamiyah. Partai ini sangat menginginkan terciptanya pemerintahan berbasis syariah di negeri Kokunesia.
Sebagai bagian dari partai ini, Samsul membuktikan kepiawaiannya dalam kancah perpolitikan dan bagaimana  cara mempengaruhi masa. Dalam kurun enam bulan ini, dia bukan lagi Samsul yang kesulitan ekonomi dan dilecehkan orang-orang. Karir politiknya menanjak dengan signifikan.

***

Hasil pemilu yang sangat tidak diharapkan oleh Partai Khilafah Islamiyah, Partai Nasional Kokunesia menangguk sekitar 60 % suara total, sedangkan Partai Khilafah Islamiyah hanya meraih 25 % suara. Tentu saja bagi kalangan petinggi Partai khilafah Islamiyah hasil pemilu ini sangat janggal dan tidak dapat diterima begitu saja. Dari lima provinsi, seharusnya Cuma Batvea dan Nugenia yang tidak memilih Partai Khilafah Islamiyah.

***

Tiga hari setelah pemilu, Syeikh Jumhar Asbath ditemukan tewas tertembak. Hal yang sangat sulit bagi Samsul dan seluruh anggota partai, tidak mudah menghadapi kondisi seperti ini, pimpinan, panutan, dan pembimbing mereka sudah tiada. Dibunuh.

***

40 hari sudah, kekecewaan terhadap hasil pemilu yang dinilai sarat akan kecurangan dan terbunuhnya Syeikh secara misterius membuat para kader dan simpatisan Partai Khilafah Islamiyah berang, baik itu yang ada di Bandarmasih, maupun  2 provinsi besar lain.

***

Muktamar yang dilaksanakan secara mendadak setelah wafatnya sang Syeikh, memunculkan suara mutlak menunjuk Samsul sebagai ketua umum partai, hal itu dinilai karena kedekatan emosionalnya dengan sang syeikh, tapi bukan saja hal itu yng membuatnya dipilih sebagai ketua umum, tentu saja kapabilitas dan kualitasnya sebagai seorang pemimpin partai.

***

Demonstrasi besar-besaran terjadi di hampir semua  wilayah Kokunisia, Mahasiswa, Masyarakat Umum, menuntut pembatalan hasil pemilu yang dilaksanakan oleh Pemerintah. Demonstrasi ini di dalangi oleh partai Khilafah Islamiyah yang di ketuai oleh Samsul.
Para demonstran menuntut akn memisahkan diri dari Negara kesatuan Kokunesia jika tuntutan itu tidak kabulkan.

***

“Kami akan memisahkan diri dari Kokunesia jika tuntutan itu tidak dipenuhi oleh pemerintah Kokuniesia” Buka Samsul yang dating sebagai delegasi Partai Khilafah Islamiy mewakili tiga Provinsi besar (Barneo, Lewisi, dan Andalus) yang sudah berada dipihaknya.
“Kokunesi adalah harga mati, setiap yang menginginkan memisahkan diri dari negeri ini adalah perbuatan makar” balas Raditya Fehu sebagai perwakilan Negara.
Raditya Fehu adalah presiden terpilih yang dipilih dari sidang wakil rakyat beberapa bulan lalu. Fehu sendiri merupakan anak dari mantan Presiden Kokunesia, Pa Cinta Harta.
Selama 32 tahun memimpin Kokunesi Cinta Harta dikenal sebagai “Bapak Pembangunan”, tapi itu Cumalah sebuah kalimat yang tidak berarti jika dilihat dari banyak kejahatannya terhadap negeri ini. Harta adalah presiden paling korup sepanjang sejarah Kokunesi, iya banyak melakukan pelanggaran HAM, dan yang paling terkenal adalah pasukan khususnya yang bertugas menembak orang-orang yang mencoba mengkritisi kepemimpinannya. Hah masa lalu yang kelam bagi sebuah negeri sebesar Kokunesia.
“Bagaimana jika hal itu di inginkan oleh 3/5 rakyat dari negeri ini ? ” Balas Samsul.
“Jika tuntutan itu tidak terwujud dalam 3 hari, maka Andalus, Barneo, dan Lewisi adalah Negara yang merdeka .” ancam Samsul

***

Perundingan tersebut tidak menuai kesepakatan apa-apa.

***

“Merdeka.”
“Merdeka”…. Teriakan-teriakan dari rakyat-rakyat di tiga pulau di Kokunesia secara bersamaan setelah pembacaan Persatuan Konfederasi 3 pulau oleh Pemimpin gerakan Khilafah islamiyah, Samsul. Memang setelah merasa dicurangi dalam pemilu, Partai Khilafah Islamiyah berubah haluan dari semula hanya sebuah partai berasas Islam, menjadi sebuah gerakan Radikal Islam.
Keberhasilan memisahkan diri dari Kokunesia tentu juga tidak akan dapat gerakan ini jalankan sendiri. Partai Khilafah Islamiah (PKI) memang sebuah partai yang pandai melakukan konsolodasi politik, dalam hal ini bagian Humas mereka Zainul Abidin lah orang yang dapat menguasai dan mempengaruhi pemikiran dari Panglima Mileter di ketiga pulau.
Di zaman presiden Harta, mileter sangat dimanjakan dengan menerima sekitar 10 % dari APBN sehingga membuat militer terkesan kuat, sedangkan di zaman Raditya Fehu, anggaran itu di tiadakan. Militer dalam setiap latihannya hanya mendapat sekitar 12 peluru per tahun. Sungguh sangat mengecewakan untuk negeri sebesar kokunesia.
Memanfaatkan hal itu, Zainul menjanjikan kepada para Panglima apabila ketiga pulau bebas dengan bantuan militer, maka Negara akan menjamin setiap keperluan senjata dan perlengkapan tentara.

***

10 Bulan membebaskan diri dari Negara Kokunesia, rakyat Barneo, Lewisi, dan Andalus harus merasakan kesulitan hidup yang tidak pernah mereka rasakan saat masih berbentuk Negara kesatuan. Harga bahan pokok menjadi tidak stabil, pencurian terjadi dimana-mana, dan kemerdekaan yang di janjikan oleh Gerakan Khilafah tak juga memberikan perubahan apa-apa terhadap hidup dan kehidupan rakyat.
Puncaknya, saat itu embun turun sangat lebat, kabut yang tebal membuat jarak pandang hanya mampu menembus jarak 3 meter. Tapi tiba-tiba, terdengar suara tembakan yang bergemuruh dikediaman pemimpin tertinggi gerakan, samsul. Ia, Samsul diserang oleh para pendukungnya yang kecewa. Letupan-letupan senjata itu membabat habis semua orang yang dilewatinya. Samsul yang mendengar letupan-letupan senjata api, langsung bergegas mencoba berlari dari senjata-senjata maut tersebut.
Dor….., tembakan yang didengarnya ini terasa lebih dekat dengannya. Langkahnya terhenti, Samsul merasakan dingin yang lain dari biasanya, dingin itu segera menjalar diseluruh tubuhnya. Dadanya tertembak. Samsul pun terjatuh, iya tak mampu lagi menahan beban tubuhnya.

***

Sayup-sayup, Samsul mencoba  agar iya tidak memejamkan matanya. Diantara ajal dan kehidupan, Samsul kembali terkenang akan masalalunya yang kelam,dan kini iyapun harus menutup akhir perjalanan hidupnya dengan sebuah peluru yang menembus dadanya.

***

Lalu, Taufik membalik lagi halaman buku yang baru dibelinya itu. Halaman 240. Kosong…. Tak ada lagi kisah selanjutnya, sang penulis pun tidak mengatakan kisah Negeri Dongeng ini selesai. Apa yang terjadi selanjutnya, bagaimana nasib sang pemimpin Gerakan Khilafah Islamiyah, bagaimana nasib Kokunesia. Tidak jelas, kabur.
Lepas dari cerita yang mengambang, Taufik mengerti bahwa perubahan yang di cita-citakan oleh Samsul dengan PKI nya adalah sebuah kesalahan, menyeret agama sebagai tameng hasrat akan keinginan kekuasaan membuat mereka buta,  dan tidak mengerti akan esensi dan hakikat dari sebuah amanah. Tapi yang jelas Taufik juga paham bahwa siapapun bisa menjadi Agent Of Change, tak peduli dari mana iya berasal, bagaimana masalalunya selama perubahan itu selalu menjadi dambaan dan keinginan, maka taka da kata mustahil untuk mewujudkannya. Tetapi walaupun mampu menjadi penggerak perubahan, kadang-kadang lingkungan selalu ingin menuntut hasil yang instan, dan ini haruslah disadari oleh orang yang ingin memberikan perubahan, atau perubahan itu sendiri yang akan memakannya, seperti anak muda dari negeri dongenng, Samsul Bahri.[]

Sumber:
http://tu-rom.blogspot.co.id/2014/04/karya-cerpen-di-pekan-rajabiyyah-mahad.html

0 komentar: