Cerpen Ali Makki: Yang Tak Sudah Bercerita
Tanggal 1“Hai, boleh kenalan, Siapa nama kamu, minta no HP-nya donk?” sapa pertama yang di ucap laki laki disampingku beberapa detik yang lalu. Aku masih terselimut diam, tertutup tirai kebingungan untuk membalas kata katanya yang tak beradab. ‘ngerocos aja lo’ gumam hatinya sambil melirik ke sekelilingnya.
“hallo.., aku ada disampingmu sayang, cari siapa sich!? Aku tau, pasti kamu sedang mencari semut merah ya!!! Biar ada saksi bahwa ada cowo’ tampan yang menyapa. Itu dibawah kakimu, ssst terinjak semutnya, mati dech. Kasihan!!!!. Padahal ia ingin melihat senyum manis kamu lho” sekilas ku menatap matanya yang bersinar canda, mata cowo’ paling aneh yang ku temui sejauh perjalanan waktu. Mungkin kau tidak pernah menyangka kan!!, Kalau aku merasa aneh juga di buatnya
“perkenalkan namaku Siti Fatimah, ibu memberi nama fatma, karena ayahku suka buku agama, ia memanggilku Fatimah. Tapi kakakku sangat mengagumi ahli surga dan memanggilku Siti. Katanya sich, agar aku masuk surga. Bila kamu mau, save saja Omas, ‘orang manis N romantis sepanjang masa’ pada kontakmu” lalu ku ambil HP buntutnya ‘emang cuman lo yang bisa narsis’ kilahnya dalam hati.
Beruntung sekali ya, hari ini aku bertemu denganmu. Hitung hitung ku ingin bermain ke surga, kenal sama penghuninya boleh juga. Kapan kapan aku akan bermain kerumahmu. Jika di bolehin sich!!!, sepertinya wajahmu menyimpan kangen berat tuch. Waw,,,,, sedalam itukah keadaanku hari ini kok sampai dirimu menyerupaiku. Hem,,,, tapi kamu kok sudah tau cara masuk rumahku ya?” tuntutnya. Seterusnya, biarkan kusimpan percakapan lainnya.
Kawan, aku menutup pintu dulu ya. Mau ikut masuk ke kamarku ya…!! Jangan dech, pakaianku banyak yang belum dicuci. Sampai ketemu besok ya…. Ku mau cuci baju dulu karena ku takut ketahuan orang tuaku bila kamu baru saja merayuku.
Tanggal 2
Pembaca yang setia, kita berjumpa lagi dengan tidak dihadiri oleh cowo’ sok akrab itu. Namun sepertinya ada yang kurang seru bilanya tidak ada dia. Walau aku belum tau namanya. Hai, apa ada yang tau siapa dia? Kasih tau aku ya…!
Selama aku menunggu, teramat indah hidup ini setelah bertemu dengannya. Mungkin tuhan menciptakan dia untukku walau hanya sehari saja. Seketika itu ia seperti matahari dalam jiwa ini. Tanpa diduga merubah gelap hidupku dengan cahaya, cahaya disapa cowo’ setampan dia pada hari yang sangat berarti dalam hidup ini. Saat hari ulang tahunku yang ke 19.
Aku tidak tahu apa itu sebuah kebetulan atau keberuntungan. Yang ku tahu hanya dia adalah cowo’ yang diturunkan sebagai pangeran. Bagaimana mungkin aku tidak memujinya! Bila kau merasakan betapa sepinya tidak punya teman yang dapat berbagi canda dan tawa. Dan kau tidak pernah memahamiku disana. Digelap yang terasing pada kumpulan bahagia bersama usia yang berbunga Bunga. Tapi saat ini terasa beda setelah pertemuan kemarin itu. Sayangnya!.
Kamu tau tidak? Tadi malam ku tak bias tidur memikirkannya, aku berpikir kenapa aku tidak menanyai namanya, aku merasa bodoh sekali. Raut wajahnya selalu memenuhi pikiranku. Mana tahan lama lama tidak melihatnya, tubuhnya yang tinggi, berotot, seperti pemain bola eropa. Wah, candanya itu lo kawan! Ya…. Ampun.. bila ada yang bertemu dengannnya bilang saja surgamu menanti pada hari berikutnya. Katakan padanya bahwa ia sangat merindukannya.
Tanggal 3
Sepertinya ada yang menunggu sekmen selanjutnya tuch. Sabar dulu ya… aku mau mengambil kunci kendaraanku di kamar. Aku akan pergi agar kau tidak dapat mengejarku hari ini, karena aku sedang memburu cowo’ itu. Cowo’ yang tidak aku kenal pada hari pertama dan hampir membunuh dayaku di hari berikutnya. sebab aku tidak dapat menyembunyikan perasaanku padanya.
10:00
Di dekat kanten kampus. Aroma es kelapa menuntaskan dahagaku. Haus yang mencekik tenggorokan sudah reda. tapi pikiran tentang cowo’ itu masih bersarang kuat sehingga secara tiba tiba memunculkan sosok sok cool itu di hadapanku dan mengagetkan.
“Sehari saja tidak ketemu sudah rindu berat, apalagi sebulan? Pasti seperti cacing kepanasan. O,o jangan marah. Manaku Ali. Kamu mau makan ya… oh ya, sebelum kamu datang telah ku sediakan semua makanan untukmu sayang. Kita tinggal makan perasaan kita masing masing.” Ia mengambil setangkai bunga mawar disampingnya dan memberikannya padaku kayak di felm sinetron sinetron gitu dech. dikiranya romantis.
Pede banget ini orang. Tapi apa iya aku merindukannya? Hustttt, jangan bilang padanya tentangku yang tidak bisa tidur memikirkannya. Setelah pertemuan yang kedua kalinya. Ia bercerita panjang lebar tentang cintanya dan membekukan cintaku, kepandaian mengumbar leluconnya mungkin tidak menarik kau dengar nantinya. Namun aku lebih menyukai itu semua. Pada hari itu ceritanya diselesaikan dengan pura pura hanya aku yang ia cintai.
Tanggal 4
Cowo’ itu sungguh misterius. Coba tebak ending ceritanya. Selalu aku yang dipuji sebagai gadis desa yang cantik, gadis romantic lah, yang intinya aku hanya gadis lugu yang dimatanya terasa sempurna. tidak ada bahagianya sama sekali kan!!! Adanya hanya harapanku yang berlebihan mendapat perhatiannya serta cintanya.
Tiga hari sejak pertemuan itu, ia belum menghubungiku yang membuatku semakin rindu padanya. Aku terus menunggu nomer baru masuk dengan lelucon barunya. Yang di dapat hanya sia sia. Ia terasa lebih misterius dari perasaanku yang memilih untuk menyukainya. Entah pada orangnya atau cara berbicara ngaurnya. Aku tidak tau, yang pasti ia meletakan namanya di dalam dada ini. Ya tuhan….. kemisteriusan apa lagi yang akan terjadi besok pagi.
Ketika kesunyian memaksaku untuk tidur. HP-ku bergetar gawat, segawat hatiku yang dibawanya pada arah yang tak tentu. Dimana aku dapat mengadilinya dengan dakwaan pencurian separuh jiwa ini. Ali (Alangkah Liarnya Imajinasiku) yang hanya kepadanya aku merindu.
Sssssssst,, pesan yang masuk ternyata dari cowo’ itu dan akan ku buka ketika sosok mentari sudi menikahi gelapku.
Tanggal 5
“ma’afkan aku Siti Fatimah, ini terlalu mendadak dan mengagetkanmu. Kamu tidak akan menyangka bila mentari membawa ayahku menemui keluargamu” pesan singkat itu adalah jawaban dari penantian singkat penuh kemisteriusan.
Ketika mentari bersenggama dengan laut, gelombang dahsyat menghantam dadaku seusai salam rombongan keluarga Ali berada di halaman rumah dengan mengembalikan separuh nafasku yang tiga hari hilang dibawanya.
Setelahnya menjadi aktualisasi cerita yang di kemas pada produksi cinta dengan berbagai bahagia yang aku ciptakan tanpamu. Dan membiarkan kau sebagai pengagumku dengan cerita yang lain dimana kau sebagai pasanganku yang romantis.
Sumber:
http://alibagaskara.blogspot.co.id/2014/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_16.html
0 komentar: