Puisi Mahmud Jauhari Ali: Pasar Terapung, Menjelang Fajar

17.48 Unknown 0 Comments

jukung-jukung, kelotok-kelotok, bergoyang, menampung roh-roh
seperti reuni di ambang fajar, di tiap cekungnya, jeruk, bayam, kelapa,
juga bergelas-gelas teh berdiri, sedangkan tangan-tangan bertautan
menjadi tarian Kuin yang eksotis, langka
sedangkan suara-suara kecil melenting ke udara
membelah-belah sunyi yang tak dinamis,
“Limau!Manis!” teriaknya lantang
dan wajah-wajah turis seketika menghadap ke matanya yang sipit
lalu menoleh ke tumpukan jeruk di depannya, bulat-segar
“Untuknya, Cil?! Enak.” bocah kecil, kurus, merayu
sementara kue-kuenya yang bulat cokelat tengadah ke langit
menatap bulan bundar yang terus beringsut, pelan sekali
oh, jukung-jukung, kelotok-kelotok, roh-roh, aneka jualan di atas pendar
masih terjaga di atas Kuin dan pada terang, masing-masing pulang ke pelukan daratan
membawa bibir-bibir yang merekah menawarkan cahaya jingga di ufuk timur


Sumber:
Indradi, Arsyad, dkk. 2012. Sauk Seloko: Bunga Rampai Puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI, Jambi, 28-31 Desember 2012. Jambi: Dewan Kesenian Jambi

0 komentar: