Cerpen HE. Benyamine: Hantu Gedung Dewan Banjarbaru

06.34 Zian 0 Comments

Gedung dewan Kota Banjarbaru terlihat megah. Malam tidak bisa menyembunyikan kemegahannya. Gedungnya baru. Masih nampak terawat. Pada malam hari masih ada cleaning service yang bekerja, menyapu, mengepel lantai, dan merapikan semua peralatan. Besok sudah tertata rapi dan bersih. Keamanan gedung juga masih terlihat pada malam hari. Gedung dewan persis menghadap lapangan Murjani, yang menjadi tempat berkumpulnya warga kota, terutama kalangan muda dengan segala aktivitasnya. Pedagang makanan yang menempati median jalan sekitar lapangan memberikan warna tersendiri yang menjadikan berdetaknya kehidupan malam di lapangan Murjani.
Warga kota pernah mengalami kejadian yang aneh saat lewat di depan Gedung Dewan Kota Banjarbaru. Waktu itu malam tidak begitu larut, masih banyak orang yang mengitari dan duduk-duduk di lapangan. Pedagang masih sibuk melayani pembeli yang duduk lesehan. Aneh memang! Gedung baru sudah diterpa isu adanya penampakan. Entah dari mana sumbernya, yang jelas sudah ada warga kota yang mengalaminya. Penampakan yang tidak wajar. Mana ada penampakan yang wajar, jadi yang tidak wajar lebih cepat menyebar. Gedung dewan ada hantu. Warga kota merasakan merinding bila lewat gedung dewan tersebut, bahkan waktu siang sekalipun.

Warga kota tidak ada yang tahu bagaimana penampakan itu. Namun, sebagian warga telah meyakini ada penghuni lain di gedung tersebut. Ada yang mengatakan bahwa anggota dewan sendiri pernah mengalami hal aneh saat berada di WC, tiba-tiba saja seakan berada di ruangan tempat pemandian umum seperti yang ada di salah satu negara tempat studi banding. Banyak wanita cantik yang mandi tanpa busana lagi. Ada juga anggota dewan yang sedang mencuci tangan, air yang keluar berwarna darah, yang membuat dahaganya mencapai puncak dan langsung terdorong untuk meminumnya. Kejadian-kejadian aneh tersebut tidak pernah dialami para pekerja bagian cleaning service dan penjaga keamanan.
Suasana gedung dewan jika diperhatikan dengan sungguh-sungguh nampak terlihat angker, bangunan bergaya tua dengan tiang pancang bagai siap menggantung leher-leher yang mendekat. Siang hari nampak sekali kewibawaan gedung yang aneh, malam hari mengkerut dan menampakkan kewibawaan berbeda.
“Pesan apa?”, kata pedagang makanan kepada orang yang tidak disadari telah ada.
“Apa saja, yang penting bisa dimakan, minumnya yang panas ya”.
Pedagang tidak merasakan sesuatu yang aneh. Dengan senang hati mempersiapkan pesanan makanan yang ada, sambil berusaha mengajak ngobrol, “Tinggal di mana pak?”.
“Dekat, sangat dekat satu kali tarikan nafas juga sampai”.
“Ha ha … bisa aja bapak. Apa udah sering ke sini?”, pedagang tambah bersemangat agar pembelinya merasa betah dan terkesan akan keramahannya.
“Bisa dibilang setiap saat di sini. Gedung itu”, sambil menunjuk kearah gedung dewan.
“Oh bapak anggota dewan. Maaf pak, ulun kada pinandu pian”, agak terkejut bercampur kagum, “… kalau begitu memang dekat”.
“Gedung itu bukan hanya dihuni anggota dewan, ada yang lain juga”.
Makanan dan minuman yang dipesan sudah siap. Pedagang merasa senang, pikirnya ada anggota dewan yang nongkrong di tempatnya berusaha. Dalam hati, pedagang memutuskan untuk memberikan makanan yang dipesan anggota dewan tersebut dengan gratis karena rasa senang dan bangga.
Pedagang berpikir, mungkin anggota dewan ini sedang menyerap aspirasi secara langsung, jadi tidak salah membantunya meskipun dengan makanan dan minuman yang dijualnya. Apalagi pedagang ini sering melihat lampu di lantai 2 Gedung Dewan sering menyala pada malam hari, yang terlihat dari tempatnya berjualan. “Mungkin anggota dewan ini yang sering bekerja lembur di lantai 2 gedung”, pedagang membantin setengah kagum. Pedagang tidak tahan untuk bertanya, “Bapak ya sering kerja lembur di lantai 2 itu”.
“Banyak yang kerja lembur, malam memberikan kesempatan berbeda”.
“Iya pak, seperti saya, kesempatannya malam”.
“Dunia malam mampu memancarkan cahaya, seperti bintang yang menampakkan diri yang seolah tiada pada siang hari”, sambil berdiri lalu bertanya, “Berapa semuanya?”.
“Nggak usah pak, terima kasih bapak mau mampir ulun senang, anggap saja tamu ulun”.
“Terima kasih”.

***

Desas desus tentang penampakan di Gedung Dewan Kota Banjarbaru begitu cepat menyebar, layaknya banjir bandang yang menyapu pemikiran warga kota. Ada yang tidak percaya, tapi tidak sedikit yang menunjukkan seolah sudah mengalami langsung. Warga kota yang melewati gedung dewan pada siang hari lebih merasa mencekam dan terasa hawa yang padat dibandingkan pada malam hari. Waktu seperti terbalik, siang menjadi malam dan malam menjad siang, yang dirasakan orang yang berada di sekitar gedung tersebut.
Perbincangan tentang penampakan dan makhluk lain yang menghuni suatu gedung memang sulit dibuktikan, hanya dirasakan dan disebarkan lalu dibumbui. Biasanya bangunan tua yang sering dikatakan ada penghuni dari alam lain, karena lama tidak ditempati dan digunakan. Mungkin sebenarnya merupakan pesan bijak tentang adanya hantu di rumah kosong atau tua, sebagai ungkapan untuk tidak membiarkan suatu gedung atau bangunan terlantar yang berarti mubazir. Namun yang lebih diterima oleh kebanyakan orang adalah tumbuh dan berkembang ketakutan, suasana seram, balas dendam, kebencian, dan ketidakwajaran yang terjadi karena nalar belum menemukan jawaban atas suatu peristiwa. Beberapa anggota dewan Kota Banjarbaru tidak yakin jika ada penampakan yang pernah dialami oleh anggota dewan. Menurut mereka, kalaupun ada yang pernah mengalami tentu sudah cerita kepada anggota yang lain, pastinya sudah menjadi penbicaraan di dewan sendiri.
“Tahayul aja, tidak ada anggota dewan yang mengalami keanehan di dalam gedung”, ungkap seorang anggota dewan yang tidak mau disebut namanya, “kalau keanehan tentang tugas dan tanggungjawab anggota dewan memang ada dan banyak, ya kan? Ha ha hi ohk uq”. Anggota dewan menjelaskan saat warga kota kebetulan bertemu mereka dan bertanya tentang pengalaman aneh anggota dewan di gedung dewan.
“Tanyakan saja sama petugas cleaning service yang sampai malam tetap bekerja dan bertugas, apa mereka pernah mengalami hal itu? Atau pada petugas keamanan yang juga selalu mengawasi gedung siang malam”, anggota dewan yang lain menambahkan dengan tidak ingin namanya dikorankan, “… oh iya juga, tanyakan pada pedagang yang sering mangkal di sini pada malam hari, saya yakin jawabannya sama tidak ada! Isu doang!”, menegaskan dengan memek yang begitu meyakinkan sambil mengedepkan matanya sebelah tanda sudah selesai berbicara karena masih banyak pekerjaan yang belum selesai.
Warga kota sebenarnya mengalami kesulitan dalam mempercayai apa yang dikatakan anggota dewan, karena informasinya sudah begitu menghibohkan dan sangat meyakinkan. Apalagi ungkapan anggota dewan terkadang bisa bertolak belakang dengan kenyataan, yang dikatakan tidak ada sebenarnya ada. Mana yang harus dipercaya, cerita yang berkembang di masyarakat atau yang dikatakan anggota dewan. Mempercayai anggota dewan sama saja mempercayai hantu, begitu biasanya sebagian masyarakat menjawab sebagai ungkapan sinis terhadap perilaku anggota dewan selama ini.
“Emang tidak ada hantu di gedung dewan ini”, kata seorang cleaning service.
Unda juga kada parcaya. Selama bekerja di sini tidak pernah menemukan keanehan, apalagi hantu”, petugas keamanan menyetujui petugas cleaning service.
Ulun juga bingung, kenapa ada cerita hantu dalam gedung ini. Ulun kan sampai malam membersihkan ruangan-ruangan di sini, tapi tidak merasakan seram dan ada keanehan. Tapi warga kota sudah heboh dengan cerita hantu”.
“Sama haja lawan unda, bagawi terkadang dapat tugas malam seperti sekarang ini. Kadada merasakan keanehan atau dihantu-hantui”.
Tiba-tiba ada orang yang mau lewat, “Permisi ya, bersih sekali lantainya. Cari makanan dulu di luar apa saja yang bisa dimakan”. Kemudian lewat saja seperti orang yang sudah dikenali petugas cleaning service dan keamanan tersebut.
“Silakan pak”, jawab petugas cleaning service dan keamanan secara bersamaan dengan tidak terlalu memperhatikan.
“Ngomongin hantu gedung ini ya”, orang tersebut nyeletok sambil berlalu melangkah ke luar.
“Iya pak!”, kedua petugas gedung yang dilewati menjawab kompak.

***

Pedagang makanan bercerita kepada setiap langganan yang sering nongkrong di tendanya tentang anggota dewan yang rajin bekerja sampai larut malam di Gedung Dewan. Ada kekaguman dari ceritanya. Mungkin bila pemilu nanti melihat gambar orang itu pasti dipilihnya. Cerita pedagang tentang anggota dewan yang bekerja sampai larut malam didengar anggota dewan Kota Banjarbaru. Anggota dewan yang bekerja sampai larut malam sudah menjadi buah bibir warga kota, mereka juga mengungkapkan kekaguman yang sama. Sekarang ini masih ada orang yang bekerja melebihi tugas dan tanggungjawabnya sebagai ungkapan terhadap anggota dewan yang diceritakan bekerja sampai larut malam di Gedung Dewan Kota Banjarbaru tersebut.
Pedagang makanan mengungkapkan, walaupun penghasilan tidak begitu banyak, tapi memberikan makanan dan minuman untuk anggota dewan itu merupakan kebanggaan dan kepuasan batin tersendiri. Kami kalangan wong cilik sebenarnya bersedia berada dibelakang anggota dewan yang bekerja keras apalagi sampai larut malam ungkap pedagang sambil menunjukkan rasa hormat yang tinggi.
Pedagang makanan yang menghiasi sempedan jalan di sekeliling lapangan Murjani tidak merasakan adanya keanehan dan penampakan yang menghibohkan warga kota. Pedagang yang paling dekat dengan gedung saja tidak merasakan, apalagi yang lebih jauh. Mereka hanya tertawa jika ada yang bercerita tentang hantu gedung dewan tersebut. Hampir setiap malam mereka berjualan, tidak pernah sekalipun menemukan yang aneh-aneh.
Malah pada malam hari lapangan Murjani seperti mempunyai kekuatan magis yang melarutkan segala bentuk perasaan, membebaskan dan melapangkan, seakan adanya dorongan penyatuan dengan detak kehidupan malam. Warga kota yang berkunjung jika sudah berada di lapangan Murjani seakan sudah melupakan cerita tentang hantu itu, mereka asyik bercengkrama satu dengan yang lain.
Anggota dewan Kota Banjarbaru menjadi bingung juga dengan cerita tentang anggota dewan yang bekerja sampai larut malam. Di antara mereka saling menduga dan membantah. Rasanya tidak ada anggota dewan yang seperti itu, lagi pula pekerjaan apa yang sampai larut malam, siang hari saja terkadang tak ada yang dikerjakan. Anggota dewan sendiri malah sering tidak ada ditempat pada hari-hari kerja, ada yang studi banding atau telat bangun karena terlalu lelah memikirkan apa periode berikutnya terpilih kembali atau tidak.
Siapa gerangan anggota dewan yang diceritakan itu. Ternyata terlalu banyak yang tidak diketahui anggota dewan. Menjadi tanda tanya dalam semua benak anggota dewan, tapi mereka seperti sengaja dan bersepakat untuk tidak membantah karena cerita itu memberikan nilai positif terhadap anggota dewan di mata warga kota.

****

“Malam pak. Biasa, makanan yang bisa dimakan dan minuman panas”, suara yang tidak asing lagi ditelinga pedagang yang biasa mangkal di dekat gedung dewan.
“Oh bapak, tunggu sebentar, silakan duduk”, pedagang dengan hormat menyodorkan kursi.
“Gara-gara kursi orang bisa lupa berdiri”, sambil duduk dengan gaya terhormat.
Bujur haja. Ada juga orang yang gila gara-gara kursi, kaya calon bupati yang tidak terpilih lalu berjalan dengan celana dalam haja”, pedagang seperti sudah paham betul dengan istilah kursi.
“Tidak usah jauh-jauh mau melihat orang tergila-gila dengan kursi. Di sekitar kita juga banyak. Kalau sudah duduk, seperti raja dan ratu saja yang baru punya kursi. Kursi kerja jadi kursi malas, kadang buat tempat tidur dan bermimpi, jadi wajar kan dikatakan 6 D. Datang, duduk, dengar, diam, dan duit serta dugem”.
“Kaya bubuhan anggota dewan tu pang. Suka sekali studi banding. Apa dulu waktu sekolah jarang studi banding ya ha ha ha”.
“Anggota dewan di Gedung sini tidak kedengaran suaranya. Ada yang memperjuangkan aspirasi warga tentang pendidikan dalam rapat-rapat dewan. Suara yang mengangkat aspirasi warga kota ini terlalu sedikit, terkadang malah tenggelam oleh keheningan. Kebanyakan tidak kelihatan, kalau absensinya hampir penuh terus”.
“Masa sih pak. Kalau saja anggota dewan itu seperti bapak, kerjanya saja sampai larut malam, contoh pekerja keras”.
“Anggota dewan sekarang ini seperti berada di dunia lain. Mereka bahkan menciptakan dunianya sendiri. Mereka sebenarnya termasuk kelompok manusia yang bekerja keras, yang berjuang untuk mendapatkan kekuasaan dan kekayaan. Perilaku 6 D itu sebenarnya karena mereka telah melakukan transformasi ke dunia lain, yang berbeda dari dunia sebelum menjadi anggota dewan”.
“Oh gitu ya pak …”, pedagang agak bingung sebenarnya tapi tetap hormat sambil menyodorkan makanan yang sudah siap santap.
“Dunia anggota dewan sudah berbeda jauh dengan dunia warga kebanyakan. Berharap adanya perjuangan aspirasi masyarakat yang dilakukan anggota dewan melupakan adanya dinding pemisah itu. Dunia anggota dewan sekarang pondasinya 6 D, sedangkan masyarakat mengalami berbagai kesulitan hidup dan terjebak dalam berbagai krisis energi yang mengharuskan perjuangan dengan kerja keras, tekun, dan kesabaran. Memang ada saja anggota dewan yang tercerabut dari pondasi 6 D, tapi ibarat layang-layang putus”.
“Bapak dari fraksi apa? Partai bapak tidak membatasi dan menghalangi sikap kritis anggota dewannya?”, pedagang memberanikan diri bertanya karena rasa ingin tahu terhadap orang yang begitu dikagumi dan dihormatinya ini.
“Tanpa fraksi tanpa partai. Duniawi banyak godaannya!”, sambil permisi karena makanan dan minuman sudah tak bersisa dan tanpa bertanya berapa yang harus dibayar.
Pedagang masih terkesima dan kagum, sudah diniatkan untuk memberikan pelayanan gratis bagi anggota dewan yang bekerja sampai larut malam ini. Udara tiba-tiba menyergap dengan dingin yang tidak biasa, senyap dan sunyi dalam beberapa saat.

Banjarbaru, 26 Agustus 2008

Sumber:
https://borneojarjua2008.wordpress.com/2008/11/10/cerpen-he-benyamine/

0 komentar: