Puisi Abdillah Mubarak Nurin: Tamasya
1Pukul tujuh pagi. Langit putih tapioka
tak terlihat serat awan juga takdir yang tak terbaca
Semoga tak ada gerimis, ucapmu
hari ini kita akan tamasya ke sudut paling rahasia
tak usah ajak kenangan dan rindu yang meluap
biarlah keduanya menepi seperti dalam sajak-sajak
Perbincangan dan instrumen biola
menyusuri jalan meninggalkan kota
menanggalkan kebisingan dan prasangka
2
Matahari kuning margarine, dedaunan dan reranting
Menari, Mengikuti arah angin
Semoga hujan mangkir, ucapmu
kita mesti ke pantai dulu, menepati janji lama
berdua, berlarian di pantai. Seperti dalam telenovela
senantiasa ada cerita yang tertunda
Ini tamasya pertama sejak kita memutuskan
hidup bersama, di musim dingin, di usia muda
Tamasya kali ini, ucapmu
tentu, bukan untuk mengisi sisa waktu
atau untuk melukis wajah usia
agar terlihat muda dan bahagia. Tentu tidak
Sebab sudah cukup banyak lelah dan penat
buat menyusuri waktu yang kosong dan jahat
dan sudah cukup banyak sketsa buat melukiskan
wajah-wajah usia, senyum, seriuh, bahkan tertawa
pura-pura tertawa
3
Pukul enam senja. Langit kuning lampion
melindapkan tamasya kita, ke sudut paling rahasia
dan takdir masih tak terbaca
Sumber:
Nurin, Abdillah Mubarak, dkk. 2014. Membuka Cakrawala, Menyentuh Fitrah Manusia: Kumpulan Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan XI Kabupaten Tapin, 2014. Tapin: Panitia Aruh Sastra Kalimantan Selatan XI Kabupaten Tapin dan Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata Kabupaten Tapin
0 komentar: