Esai Hamberan Syahbana: Mengenang Taberi Lipani Melalui Puisi Ada Mesjid di Hatiku
IPenyair Taberi Lipani yang lebih akrab disapa dengan Pani ini lahir pada tanggal 6 September 1971 di Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan. Dan telah berpulang ke rahmatulah hari ini, Ahad 02 Oktober 2016 di RSUD Daman Huri Barabai Kabupatren Hulu Sungai Tengah Prov. Kalimantan Selatan. Selamat jalan Taberi Lipani. Semoga mendapat keampunan dan dilapangkan dari siksa kubur, dan semoga pula diterima semua amal ibadahnya. Aamiin. Serta mendapat tempat yang layak di sisiNya. Aamiin.
Banyak kenangan kita bersama Taberi Lipani. Di antaranya bahwa Taberi Lipani mulai belajar merangkai kata sejak duduk di bangku SD berlanjut di majalah dinding SMA 1 Barabai. Tulisn-tulisanmu juga banyak dimuat di SKH Banjarmasin Post, Majalah Dwi Mingguan Fakta, tabloid Mercu Benua Tanjung, Tabloid Legalitas Bandung. Selain itu karya-karyanya juga dimuat dalam Antologi Puisi bersama. Antara lain Antologi Puisi Tarian Cahaya Di Bukit Sanggam (Balangan 2008), Seribu Sungai Paris Berantai (Kotabaru 2006), Antologi Puisi Sastrawan Hulu Sungai Tengah Bertahan Di Bukit Akhir (Barabai, 2008). Antologi puisi Satu Kata Istemewa (Yogyakarta, 2012) bersama sastrawan nasional lainnya. Antologi Tadarus Rembulan (ASKS X, Banjarbaru 2013). Antologi Ketika Kembalinya Cinta, bersama Hamami Adaby dkk (Banjarbaru, 2013). Antologi bersama 99 Penyair Indonesia, Duka Gaza Duka Kita (2014). Membuka Cakrawala Penyentuh Fithrah Manusia (ASKS XI, Tapin 2014). dan terakhir dalam Kumpulan Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan XII 2015 di Martapura Kabupaten Banjar Prov. Kalimantan Selatan.
Taberi Lipani juga pernah menjuarai Lomba Bakisah Bahasa Banjar Piala Museum Banjar Baru Kalimanan Selatan. Dan salah satu puisinya pernah masuk dalam jajaran 10 besar pada Lomba Tulis Puisi Bahasa Banjar yang dilaksanakan oleh Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan. Dia juga aktif sebagai pegiat sastra Sanggar Pena Barabai, dan sejak tahun 2000 aktif sebagai Ketua bagian Sastra Dewan Kesenian Murakata Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Berikut di sini kita akan mengenang Taberi Lipani melalui puisinya yang berjudul ADA MESJID DI HATIKU.
II
ADA MESJID DI HATIKU
Ada mesjid di hatiku
tempatku mencuci hati
menekur tafakur
meresapi perjalanan panjang ini
membuang berhala dalam diri
Ada mesjid di hatiku
tuk'menyenandungkan zikir
melantunkan syahadat diri
Ada mesjid di hatiku
saatku menunggu hari
tempatku mencari
dan memendam rindu dalam-dalam
Barabai, 30 Juni 2012
Puisi ADA MESJID DI HATIKU karya Taberi Lipani ini tampil dengan tipografi konvesional 3 bait. Bait 1 terdiri dari 5 larik. Bait 2 terdiri dari 3 larik. Dan bait 3 terdiri dari 4 larik. Jadi keseluruhan lariknya berjumlah 12 larik. Puisi ini sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual religius. Puisi yang membuat pembacanya ikut masuk ke dalam suasana perasaan yang digambarkan penyairnya. Puisi yang mengajak pembacanya ikut merenungkan tentang keberimanan, kesadaran dan ketakwaan. Untuk meresapi lebih dalam lagi makna dan keindahan puisi ini marilah kita cermati bersama bait demi bait puisi ini.
Marilah kita awali dengan mencermati bait 1 berikut di bawah ini.
1. Ada mesjid di hatiku
2. tempatku mencuci hati
3. menekur tafakur
4. meresapi perjalanan panjang ini
5. membuang berhala dalam diri
Bait 1 dibangun dengan ungkapan yang indah, puitis dan bernuansa religius. Hal ini dapat kita rasakan betapa indahnya rangkaian kata-kata Ada mesjid di hatiku, tempatku mencuci hati, menekur tafakur, meresapi perjalanan panjang ini, membuang berhala dalam diri.
Bait ini diawali dengan larik Ada mesjid di hatiku yang maksudnya sama sekali bukan arti yang sebenarnya. Karena mesjid yang begitu indah dan besar yang mampu menampung ratusan bahkan ribuan jamaah sangat mustahil dan tidak masuk akal berada di dalam sekeping hati yang hati yang begitu halus dan kecil. Berarti ini hanyalah ungkapan. Karena mesjid adalah tempat yang amat suci, yang dimuliakan dan diberkahi Allah SWT. Berarti penyair ini mengungkapkan bahwa hati bagaikan sebuah mesjid. Dan hendaknya kita selalu menjaga hati sebagai mana lantunan lagu jagalah hati.
Berikut di larik 2 ada ungkapan tempatku mencuci hati yang maksudnya adalah tempat membersihkan hati dari segala perasaan yang merusak keimanan, perasaan sombong, benci, iri, hasud dan dengki dan perasaan yang tidak baik lainnya. Di larik 3 ada ungkapan menekur tafakur yang maksudnya mendekatkan diri pada Al-Chalik Penguasa dan Pencipta alam semesta. Di larik 4 ada ungkapan meresapi perjalanan panjang ini. Yang maksud dengan perjalanan panjang di sini adalah rangkaian kehidupan manusia yang berawal dari alam roh, alam rahim, lahir ke dunia selanjutnya lalu meninggal dunia memasuki alam barzah, hari pengadilan di yaumil mahsyar dan berakhir hidup penuh kenikmatan di dalam surga ataukah hidup dalam kesengsaraan penuh siksaan neraka di alam akhirat. Di larik 5 ada membuang berhala dalam diri yang maksudnya adalah membuang semua segala sesuatu yang menghalangi keimanan kita.
Bait 1 ini dibangun dengan rima akhir yang tertata rapi. Hal ini ditandai dengan pengulangan bunyi vokal [u] pada kata hatiku di larik 1 yang bersajak tidak sempurna dengan kata tafakur di larik 3. Di sini juga ada pengulangan bunyi vokal [i] pada kata hati di larik 2 yang bersajak dengan kata ini dilarik 4 dan kata diri di larik 5. Di bait 1 ini juga ada rima awal yang ditandai dengan pengulangan bunyi vokal [e/me] pada kata menekur di awal larik 3 yang bersajak dengan kata meresapi di larik 4 dan kata membuang di larik 5.
Bait ini diperindah dengan irama yang terbentuk dari pengulangan bunyi vokal [e] pada kata mesjid, tempatku mencuci, menekur, meresapi, perjalanan, membuang dan pada kata berhala. Bait ini juga diperindah dengan irama yang terbentuk dari pengulangan bunyi vokal [i] pada kata mesjid, di hatiku, mencuci hati, meresapi, ini dan pada kata diri. Bait ini juga diperindah dengan pengulangan bunyi vokal [u] pada kata hatiku, tempatku mencuci, menekur tafakur dan pada kata membuang. Di sini juga ada irama yang khusus terbentuk dari pengulangan bunyi awalan [me] pada kata mencuci, menekur, meresapi, dan pada kata membuang.
Bait 1 ini sepenuhnya dibangun dan diperindah dengan majas perifrase yang ditandai dengan penggunaan ungkapan yang panjang dalam rangkaian klausa tempatku mencuci hati, menekur tafakur, meresapi perjalanan panjang ini, membuang berhala dalam diri yang menjelaskan tentang fungsi dan kedudukan hati dalam jiwa seorang insan yang beriman dan bertakwa.
Selanjutnya mari kita cermati bait 2 berikut ini.
6. Ada mesjid di hatiku
7. ‘tuk menyenandungkan zikir
8. melantunkan syahadat diri
Bait 2 ini sepenuhnya dibangun dengan diksi dan ungkapan bernuansa religi yang ditandai dengan kata mesjid, zikir dan syahadat. Bait ini kembali diawali dengan larik Ada mesjid di hatiku yang diiringi dengan larik ‘tuk menyenandungkan zikir dan larik melantunkan syahadat diri. Di bait 2 ini kembali dijelaskan bahwa adanya mesjid di dalam hati adalah bagaikan mesjid tempat untuk menyenandungkan zikir dan untuk melantunkan syahadat diri.
Ungkapan ‘tuk menyenandungkan zikir maksudnya untuk berzikir mengingatNya Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Subhanallah, walhamdulilah, wa laa ilaha illallah wallahu akbar.Dan masih banyak zikir-zikir yang lainnya. Berikutnya ada larik melantunkan syahadat diri. Kata syahadat mengingatkan kita pada dua kalimah syahadat rukun pertama dalam rukun yang lima. Kata Syahadat sendiri berasal dari bahasa Arab yang maksudnya adalah bersaksi sebagai pengakuan. Syahadat pertama adalah kesaksian pengakuan bertuhan Tuhan Yang Esa. Dengan mengakui beriman kepadaNya berarti juga mengakui seluruh Firman-firmanNya yang tertuang dalam kitabNya. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa KitabNya itu berisi tiga bagian pekabaran pokok. Yang pertama pemberitahuan tentang DiriNya sendiri yaitu Tuhan Yang Maha Esa Yang memiliki dan berkuasa atas sekalian alam yang menjadi kajian ilmu tauhid. Yang ke dua adalah pemberitahuan tentang ibadat yang menjadi kajian dari ilmu syariat. Yang ke tiga adalah pemberitahuan tentang kisah-kisah dan contoh-contoh orang-orang yang diberkahi dan dimuliakanNya, dan kisah-kisah orang yang dimurkainya termasuk juga orang-orang yang tersesat. Sedangkan yang dimaksud dengan syahadat diri ini barangkali pengakuan diri sebagai hambaNya yang telah diikrarkan dalam iftitah ketika menghadapNya. Sesungguhnya sholat, ibadah, didup dan mati sepenuhnya untuk mengabdi kepadaNya.
Bait 1 ini dibangun dengan rima awal yang unik yang ditandai dengan pengulangan bunyi vokal [e/me] pada kata mesjid di larik 6 yang bersajak dengan kata menyenandungkan di larik 7 dan kata melantunkan di larik 8. Di sini juga ada rima akhir tak sempurna yang ditandai dengan pengulangan bunyi vokal [i] pada kata hatiku di larik 6 yang bersajak tidak sempurna dengan kata zikir di larik 7 dan kata diri di larik 8.
Bait 2 ini dibangun dengan imaji auditif kita seakan mendengar gema suara-suara zikir mengucapkan kalimat-kalimat kebesaran Allah SWT di dalam hati. Kita juga seakan mendengar lantunan shalawat dan puji-pujian buat junjungan nabi Muhammad SAW. Bahkan kita seakan-akan benar-benar merasa bahwa suara-suara itu bergema di dalam hati kia sendiri.
Bait 2 ini juga sepenuhnya dibangun dan diperindah dengan majas perifrase yang ditandai dengan penggunaan ungkapan yang panjang dalam rangkaian klausa Ada mesjid di hatiku, ‘tuk menyenandungkan zikir dan melantunkan syahadat diri.
Selanjutnya mari kita telisik dengan seksama bait 3 berikut ini.
9. Ada mesjid di hatiku
10. saatku kumenunggu hari
11. tempatku mencari
12. dan memendam rindu dalam-dalam
Bait 3 ini sepenuhnya dibangun dengan diksi dan ungkapan bernuansa kerinduan pada Al Khalik yang ditandai dengan ungkapan saatku kumenunggu hari, tempatku mencari dan memendam rindu dalam-dalam.
Di larik 10 ada klausa kumenunggu hari maksudnya adalah menunggu saatnya hari yang dinanti-nanti. Yaitu saat bertemu dengan junjungan yang sangat kita idamkan bersama di jannah yang penuh kenikmatan. Yang setiap hari dan setiap saat shalawat dan salam kita lantunkan, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
Di larik 11 ada ungkapan tempatku mencari. Ungkapan ini maksudnya adalah mencari keridhaanNya. Berikut di larik 12 ada ungkapan memendam rindu dalam-dalam
yang maksudnya adalah begitu merindukan tibanya pertemuan tsb di atas.
Bait 3 ini dibangun dengan rima yang unik yang ditandai dengan pengulangan bunyi vokal [u/ku] pada kata hatiku di ujung larik 9 yang bersajak dengan kata saatku di awal larik 10 dan kata tempatku di awal larik 11. Di sini juga ada rima akhir yang ditandai dengan pengulangan bunyi vokal [i] pada kata hari di akhir larik 10 yang bersajak dengan kata mencari di akhur larik 11. Sedangkan di larik 12 ada pengulangan bunyi konsonan [m] pada kata memendam yang bersajak dengan kata dalam-dalam di akhir larik.
Bait 3 ini dibangun dengan imaji auditif kita seakan mendengar gema suara-suara percakapan batin penyair mengucapkan kalimat-kalimat pejnyadaran di dalam hatinya. Bahkan kita seakan-akan benar-benar merasa bahwa suara-suara itu adalah suara hati kita sendiri.
Bait 3 ini juga sepenuhnya dibangun dan diperindah dengan majas perifrase yang ditandai dengan penggunaan ungkapan yang panjang dalam rangkaian klausa Ada mesjid di hatiku, saatku kumenunggu hari, tempatku mencari dan dan memendam rindu dalam-dalam.
III
Puisi ini berjudul ADA MESJID DI HATIKU. Judul ini mengingatkan kita pada hadits shohih dari Nabi saw yang diriwayatkan oleh Syaikhoni, Imam Bukhori dan Imam Muslim, yang menyebutkan bahwa ada 7 golongan manusia yang nantinya di yaumil mahsyar akan mendapatkan perlindungan Allah SWT di mana saat itu tak ada lagi perlindungan selain perlindanganNya. Salah satunya ialah orang yang hatinya terpaut pada masjid. Maksudnya adalah yang mempunyai hati yang selalu terikat kepada masjid. Kedekatan hatinnya sudah menyatu dengan mesjid yaitu yang bukan saja hatinya bahkan badannya pun selalu terikat pada masjid sehingga hari-harinya hanya dihabiskan dalam masjid. Yang sangat menyintai mesjid dan selalu sholat berjamaah di dalamnya.
Membaca dan menghayati larik-larik puisi lewat esai ini ternyata puisi Taberi Lipani ini masuk dalam koridor puisi epigram yang berisi tuntunan hidup dalam mendekatkan diri kepadaNya dengan cara memperpautkan diri dengan mesjid. Di sisi lain puisi ini juga masuk dalam puisi metafisikal yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungi tentang kehidupan keberagamaan dan keberimanan. Dengan kata lain puisi ini juga dapat dikatakan puisi sufistik yang mengajak kita tenggelam dalam kerinduan hakiki kepadaNya Al Chalik dengan cara meperpautkan diri dengan mesjid tsb. Yang ditandai dengan ungkapan yang secara tegas menjelaskan bahwa ada keterkaitan yang erat antara aku lirik dengan mesjid. Hal ini ditandai dengan ungkapan ada mesjid di hatiku , tempatku mencuci hati, menekur tafakur, meresapi perjalanan panjang ini, membuang berhala dalam diri.
Inilah kiranya amanat dan pesan moral yang ingin disampaikan Almarhum Taberi Lipani Penyair Kota Apan Barabai lewat puisinya yang berjudul Ada Mesjid di Hatiku ini. Akhirnya kami ucapkan selamat jalan Taberi Lipani semoga amalmu diterimaNya dan mendapatan ganjaran pahala yang berlipat ganda dariNya. Aamiin.
Allahumaghfirlahu warhamhu wa’afiihi wa’fuanhu. Aamiin.
Banjarmasin, awal Oktober 2016.
Sumber:
https://www.facebook.com/hamberan.syahbana/posts/10205543486427042
0 komentar: