Cerpen M. Fadli Al Fudhail: Khayal Senja Tanpa Kata
Seorang wanita cantik dengan air muka muram duduk pada sebuah bangku yang terletak dihalaman sebuah rumah bercat hijau yang asri ditumbuhi bunga berwarna warni nan bersih tak terlihat satu buah sampah atau satu helai daun pun yang jatuh disekitarnya. Kakinya terayun-ayun diantara angin sore menjelang senja yang berhembus pelan, warna keemasan mempertegas garis cakrawala, membias diantara jajaran pohon rambutan dan mangga yang berbaris disamping rumah. Tapi dia, seperti tak peduli, dengan sebuah buku yang terbuka dan tertulis sebuah kata yang ditulisnya beberapa saat yang lalu dan polpen ditangan. tetap duduk mematung dengan fikiran yang entah kemana. Bibirnya terkatup rapat. Diam tanpa suara. Kepalanya menunduk menatap tanah dibawah kakinya, seperti menjelajahi misteri yag menyelimuti kehidupan dibawah sana. Kebisuan mencengkram disekitarnya, cukup lama sampai seseorang disampingnya bergumam lirih :“besok kita jalan-jalan yuk?”
Dengan seketika wanita itu menoleh, dengan pandangan bertanya-tanya sejak kapan juna ad disampingnya? Namun dengan Seketika dia tersenyum dengan rasa gembira dengan ucapan juna tersebut telah mengalahkan pertanyaan kecil dalam benak lesty dan dia menjawab, “kemana?”
“Ketaman safari seperti keinginanmu selama ini gimana?” ucapanya dengan senyum yang khas yang menjadi alasan kenapa lesty menyukai pria ini. Lalu dengan pipi yang besemu merah dia kembali bertanya
”kamu sungguh-sungguh ?”
“Iya lesty cantiek...aku sungguh-sungguh” ucapnya kemudian.
“Oke !!! aku tunggu ya besok, jangan lupa lho,hehe” ujar lesty sambil nyengir menegaskan.
“Iyaaaa....” kata pria itu meyakinkan lesty sambil mencubit hidung lesty dengan gemas.
Ketika memasuki arena taman rekreasi, lesty melihat sekelilingnya dengan senang. Dia tidak pernah ke taman rekreasi sebelumnya. Karena setiap kali mau pergi, penyakitnya paru-paru ayahnya selalu kambuh. Dan akhirnya dia malah merawat ayahnya di rumah.
Tetapi ketika dilihatnya atraksi bermain di taman rekreasi itu, lesty langsung mendesah, dia tidak mungkin main atraksi-atraksi yang ada di sana. Karna semua mainan itu dinaiki oleh anak-anak. Melihat wajah lesty, juna langsung mengajak lesty untuk naik komidi putar, awalnya lesty menolak karena yang naik kebanyakan anak kecil, tetapi karena juna memaksa, akhirnya lesty naik juga bahkan sampai dua kali. Disana mereka berfoto-foto, makan gulali, dan menaiki beberapa permainan yang bisa lesty naiki.
Akhirnya merekapun pulang. Di dalam mobil mereka bercanda‑canda sampai akhirnya dada juna terasa sesak. lesty pun panik. Dan tiba-tiba ada sebuah truk dengan kencang melaju kearah mereka, tanpa bisa dihindari lampu mobil itu menyorot keduanya, dan tiba-iba....
“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA” BRAAAAAKKKKKKKKSSSSSS........
“Brakkkkkkk”
“Aduuuuuuhhh” tiba-tiba lesty terjatuh dari atas bangku, buku dan polpennya pun berserakan ditanah. Lesty baru saja tersadar dari lamunannya ketika posisinya sekarang tidak lagi duduk diatas bangku,dan menyadari ternyata semua kejadian yang dirasakannya tadi hanyalah hayalannya saja. Ternyata juna itu cuma laki-laki dalam hayalannya saja, lesty tidak mempunyai teman ataupun kekasih bernama juna. Itu hanyalah tokoh utama dari novel yang dikarangnya saat itu.
Menyadari itu lesty kemudian tertawa dan memunguti barang-barangnya yang berjatuhan kemudian bergegas masuk kedalam rumah. Karna gelapnya malam sudah mulai mengelilingi beranda rumahnya.
Sumber:
http://fadli-kpi.blogspot.co.id/2015/05/cerpen_9.html
0 komentar: