Cerpen Tsabita Addiena Azhari: Rahasia Ana
KRING...KRING...KRING...!!!Jam wekerku berbunyi tepat pukul 05.00 WITA. Aku bergegas menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi, kuambil baju dan juga rok. Roknya berwarna putih, sementara bajunya berwarna biru. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul lima, tapi Ana belum juga keluar dari kamarnya. Lalu, kuhampiri mama yang sedang menyiapkan mukena dan sajadah. Sementara, Syida sedang berwudhu. Lalu, kususul Syida yang sedang berwudhu. Setelah selesai berwudhu dan berdo’a, akupun sholat. Mama dan Syida yang lebih dulu menyelesaikan sholat sedang mengetuk pintu kamar Ana. Setelah agak lama, barulaa Ana membuka pintu kamarnya. Kulihat wajahhnya lesu dan matanya merah. Tampaknya Ana bekas menangis. Dari raut wajahnya terlihat kesedihan memancar. Ana lalu pergi berwudhu dan sholat
***
Ketika aku, Syida dan Ana berolah raga pagi, mama memasakkan makanan untuk kami. Di tengah perjalanan berolah raga itu, kami bertemu dengan Azizah dan Helda.
“Assalamu’alaikum” ucapku kepada Azizah dan Helda.
“Wa’alaikumsalam” ucap mereka bersamaan. Kamipun berolah raga bersama. Tak lama, kamipun mengakhiri olah raga dan pulang ke rumah masing-masing. Aku, Syida dan Ana pulang ke Jalan Intan, sedangkan Azizah dan Helda menuju Jalan Mas.
***
Sesampai di rumah, kamipun makan bersama. Pada saat itulah aku bertanya kepada Ana.
“Ana...” ucapku ragu.
“Iya..., Kak Ani?” ucapnya kepadaku.
“Kenapa tadi kamu menangis?” tanyaku.
Ana tak menjawab. Ia hanya tersenyum. Ia merahasiakan sesuatu. Aku dan Syidahpun bingung.
***
Hari sudah pukul empat sore. Akupun bergegas untuk sholat Ashar.
“Ani!” panggil mama.
“Iya,ma” jawabku.
“Tolong belikan mama pisang goreng di warung,ya,” pinta mama.
“Baik, Ma” kataku. Sesampainya di warung, aku bertemu dengan tiga orang anak perempuan yang cantik. Aku berkenalan dengan mereka. Nama mereka Zahra, Mita dan Lina. Kamipun pulang ketika hari sudah hampir senja. Zahra, Mita dan Lina pulang ke Jalan Anggrek. Untung mama tidak marah karena aku kelamaan membeli pisang gorengnya.
Hari sudah mulai malam. Aku, Syida dan Ana langsung tidur. Kami tidur sekamar. Awalnya aku tidak bisa tidur gara-gara memikirkan rahasia Ana dan juga tiga orang teman baruku yang cantik. Namun, akhirnya aku tertidur juga.
***
Pagi itu, aku kembali bertanya kepada ana.
“Ana, kenapa kemarin kamu menangis?”
Lalu ana menjawab dengan terbata-bata.
“Te...man...A..na, Nadiya pindah tanpa berpamitan dengan Ana, Kak Ani.”
“Oh... jadi cuma gara-gara itu kamu menangis?”
“Iya, soalnya Nadiya kan sahabat karib Ana.” Jawabnya sedih.
“ Oh iya ya, Kak Ani lupa. Tahu dari mana kamu, Ana bahwa Nadiya pindah?” tanyaku lagi.
“ Ana tahu dari adinya Nadiya, kak. Kemarin Ana bertemu waktu dia lewat di depan rumah kita. Waktu itu Kak Ani sedang asyik menyiram bunga.”
“Oh, pantas aja kak ani tidak tahu. Sudah... Jangan sedih. Nanti kan kamu bisa mengunjunginya. Kamu sudah minta alamat barunya, kan?”
“Iya kak. Nanti Kak Ani temani Ana ke sana ya,”pintanya.
“Insya Allah, kak ani bisa menemani.”
“ Terima kasih, Kak,” Ana terlihat sangat senang. Ternyata, itu rahasia Ana.
Flamboyan dan Griya Jati Permai, 15 Mei 2011
Keterangan:
cerpen ini ditulis Tsabita setelah diajak mengikuti Up Grading Pengurus Forum Lingkar Pena Kal-Sel pada 14 Mei 2011 dan Seminar Menulis Nasional Forum Lingkar Pena Kal-Sel pada 15 Mei 2011 dengan nara sumber Izzatul Jannah (Penulis Nasional/ Ketua Umum Badan Pengurus Pusat FLP/ Manajer Balai Pustaka) dan Y. S. Agus Suseno (Sastrawan/ Dramawan/ Editor Kal-Sel). Pengetikan dilakukan Tsabita bersama umminya. Tanda baca ditambahkan oleh umminya.
Tsabita adalah Siswa kelas 1 C (kelas Utsman Bin Affan), Madrasah Diniyah Islamiyah Muhammadiyah 1-2, Sei. Miai Kindaung Banjarmasin.
Sumber:
https://www.facebook.com/notes/nailiya-noor-azizah/cerpen-tsabita/10150280031328033
0 komentar: