Cerpen A. Taufiqqurrahman: Cinta di Kampus Hijau
Pada suatu hari dengan cuaca yang buruk seorang pemuda berlari ditengah guyuran hujan. Pemuda itu tidak memperdulikan tetesan air hujan yang mengenai wajah dan tubuhnya. Yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana ia bisa cepat sampai di kampusnya, dan ia bisa bertemu dengan wanita pujaannya.Pemuda itu bernama Rahman, mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi Islam yang ada di Jogjakarta.
Zhu membatin “ hujan seperti ini tidak akan menghalangi niatku untuk bertemu wanita pujaanku dan hari ini juga akan kuledakkan perasaan ini di hadapannya.”
Wanita pujaan itu bernama Maysaroh, seorang jilbaber dan seorang aktivis kampus. Berkacamata dan pintar, juga rajin beribadah.
Sesampainya di kampus, Rahman mencoba mencari wanita tersebut. lalu, Rahman melihat wanita itu di depan sekre HMJ FAI, sedang ngobrol dengan sahabatnya.
Entah kenapa, Rahman seperti terpaku melihat wanita itu. Dan secara tidak sadar Rahman berkata “masya Allah, Subhanallah,mampukah aku mengatakan tentang perasaan ini? Di depan dia lidahku selalu kelu.”
Pada saat itu juga wanita ini memandang pada pemuda itu, “kakak, hujan-hujanan nih yee!”
“ah nggak kok, Cuma lagi masa kecil kurang bahagia neh.” Jawab Rahman.
“ha ha ha ha ha ha, kakak neh, selalu bisa bikin aku ketawa ..” jawab May.
Lalu Rahma berkata “ May, ada waktu gak, pengen bicara sebentar neh. Kalo kamu gak keberatan seh?”
May mengangguk dan berkata “mau ngomong apa kak ? serius amit seh.”
“ada deh, ntar kamu pasti tau kok. Yang pasti, penting banget neh.”
Lalu Rahman mengajak May untuk duduk di depan parkiran sepeda motor yang ada di kampus mereka.
Tapi entah kenapa, Rahman malah diam. Lidahnya benar-benar beku. Wajahnya sekarang basah oleh keringat dingin. Tanpa sadar, Rahman membayangkan kejadian beberapa hari ini. Sewaktu Rahman curhat kepada teman-temannya, Fadil dan Sani.
Fadil, keturunan Dayak-Jerman, seorang aktivis yang jenius dan selalu bisa memotivasi Rahman maupun sahabat-sahabatnya yang lain. Lain lagi dengan Sani, berasal dari Tegal, bertipe pemimpin namun selalu rendah hati. Mereka inilah yang selalu membuat hati Rahman selalu senang dan tenang.
Fadil dan Sani lah orang yang mendorong dan memotivasi Rahman untuk mengatakan perasaannya pada may.
Selama ini memang hanya pada mereka berdualah Rahman mencurahkan perasaannya. Fadil dan sani memang sudah dianggap sebagai sahabat dan saudara kandungnya. Mereka selalu terbuka tentang hati mereka masing-masing.
Sehingga hari ini, Rahman ada dihadapan wanita pujaannya dan ingin mengatakannya perasaannya. Namun, kenapa sekarang nyalinya malah menciut. Lalu dia teringat perkataan fadil dan Sani.
“jangan pernah takut untuk mengatakan perasaanmu, berjuanglah. Kebahagiaan bukan terletak pada hasil yang akan kau dapat tetapi terletak pada saat kamu mengatakannya” nasehat Fadil.
“jangan terlalu banyak berpikir. Apabila kamu memang serius dengan dia, just do it. Nikahi dia, jadikan dia halal bagimu. Bener tuh kata Fadil, jangan mikirin hasil, yang penting hati kamu plong.” Sani menambahkan.
Tiba-tiba, “kak, kok diam seh ? katanya tadi mau ngomong.” May memecahkan kesunyian yang terjadi di antara mereka.
“eh, gak papa kok. Duh, tiba-tiba jadi gugup neh.” Jawab Rahman.
May bingung dengan jawaban Rahman dan wajahnya sekarang penuh dengan kebingungan dan keheranan.
Berusaha menekan rasa kegugupannya yang ada di dalam dadanya Rahman membatin “harus sekarang, selagi ada kesempatan ngomong. Aku harus berani. Dan tidak perduli dengan hasilnya yang penting hatiku akan terbebas dari persaan yang menyiksa ini.”
Dan Rahman berkata “sebelumnya aku minta maaf padamu. gini may, kita sudah kenal hampir 6 bulan. Selama ini, aku merasakan hal aneh pada hatiku dan aku merasa sangat tersiksa karenanya. Sekarang, ingin kuledakkan perasaan ini dan membebaskan hatiku dari perasaan ini. May, selama ini, di dalam dada ini tumbuh rasa aneh tentang dirimu. Aku mulai mengenal dirimu dengan perasaan suka, dan setelah mengenalmu lebih jauh, perasaan suka ini tumbuh menjadi perasaan sayang.”
“dan terimalah sabda cintaku, bahwasanya aku bersama hati dan ragaku menginginkanmu. Tidak ada satu wujud pun yang dapat menggantikanmu. Aku mungkin bukan yang terbaik, atau bahkan adalah yang terburuk. Sampai kapan pun aku akan mencintaimu, tidak hanya hidupmu, matimu atau berbentuk abu pun, aku akan terus mencintaimu.”
“dan dalam hati aku pun berjanji, Pada hari-hari musim panas, aku berjanji untuk menjadi tempatmu bernaung. Pada saat hujan membasahi bumi, aku berjanji untuk menjadi payungmu. Pada saat-saat kamu merasa lelah, aku berjanji untuk menjadi kursi kecil untuk tempatmu beristirahat, Pada saat-saat ketika air matamu jatuh, aku berjanji akan menjadi handuk yang akan menyeka air matamu. aku akan janji berjanji padamu, Mulai sekarang, untuk hidup dengan dua tangan memegangmu.”
“bagiku sebuah kebahagiaan itu adalah pada saat seperti ini, di mana di saat ini aku mampu mengungkapkan perasaanku padamu. Walaupun mungkin hasilnya tetap kamu yang menentukan, kamu boleh menjawab sekarang atau nanti, bahkan boleh untuk tidak menjawabnya sama sekali. Yang penting kamu tahu bagaimana perasaanku sekarang, dan hatiku benar-benar sudah lega. Dan dalam harap juga doaku, aku selalu meminta pada Tuhan bahwa kamulah jodohku. Hatiku secara tulus mengakui bahwa aku benar menyayangimu.”
Selesai mengatakan, Rahman hanya bisa menundukkan wajahnya dan mulai berdoa. Dia tidak berani menatap wajah May, wajah yang selama ini menghantui setiap detik kehidupannya.
May benar-benar kaget dengan perkataan Rahman. Dia benar-benar tidak tau harus berkata apa. Tapi dalam hati kecilnya, sebenarnya dia juga ada sedikit perasaan suka pada Rahman. Pada kakak angkatannya yang selama ini jadi teman curhatnya. Tapi hatinya bingung, karena May bukanlah tipe wanita yang ingin berpacaran.
“itukah yang kakak rasakan terhadap may ?” tanya May.
“iya may, aku benar-benar menyayangimu dengan hatiku. Bahkan aku siap melamarmu apabila aku sudah munaqasyah. Aku ingin kamu menjadi pendampingku pada saat wisuda kelak.” Jawab Rahman.
Mendengar perkataan Rahman, hati May jadi berbunga-bunga, senyum yang indah mulai mengembang seperti sekuntum bunga yang mekar di pagi hari.
May berkata “kak, maaf May gak bisa menerima kakak sebagai pacar may, karena May anti dengan pacaran kak.”
Mendengar jawaban May, Rahman hanya tertunduk dan diam. Dia merasa inilah akhir dari kisah cintanya.
Namun May menambahkan “tapi May menerima kakak sebagai calon suami May. Dan jangan lupa dengan janji kakak, setelah maju munaqasyah, kakak harus segera melamar May, sehingga May bisa menjadi pendamping kakak sewaktu wisuda nanti.”
Tidak percaya dengan jawaban May, Rahman mendongakkan kepalanya dan berkata “benarkah itu may?”
May pun mengangguk. “iya.” jawab May.
Jawaban May membuat perasaan Rahman melayang. Saat ini dia seperti memiliki sayap dan terbang ke langit. Menggapai langit biru dengan tangannya.
Rahman tersenyum dengan senyum penuh kebahagiaan. Dan berkata “setelah skripsiku selesai, tunggulah aku dirumahmu May. Aku akan datang bersama ayah dan ibuku, untuk menjadikanmu kekasih halalku. Terima kash may. Cinta ini kuharap mampu membuat kita menjadi hamba Allah yang mencapai kebahagiaan secara sempurna, dunia dan akhirat.”
May pun mengangguk.
Rahman pun berlari kencang ke arah sahabat-sahabatnya di kelas, dan di sana dia berteriak “aku sudah mendapatkan kekasih halalku, kekasih yang akan menemaniku di dunia dan di akhirat kelak!”
Sahabat-sahabatnya pun tersenyum dan berteriak
“AMIIIIN !!!!!!!!!!”
Pada saat itulah Rahman merasakan begitu banyak anugerah Allah dalam dunia ini. Salah satu anugerah Allah yang selalu bisa membuat dua hal yang berbeda menjadi satu adalah cinta. Tanpa cinta, dunia akan terasa hambar dan membosankan. Namun dengan cinta, dunia akan berwarna-warni seperti pelangi. Sama seperti yang dirasakan oleh Rahman sekarang ini.
Sumber:
http://insanofpai.blogspot.co.id/2010/12/cerpen-cinta-di-kampus-hijau.html
0 komentar: