Cerpen Akhmad Husaini: Perempuan Fiksi
Perempuan Fiksi adalah perempuan idaman hati Adit. Perempuan salehah pendamping hidup di dunia dan akhirat. Teman dikala suka maupun duka. Perempuan paling cantik di dunia. Kadada nang manyainginya tu pang.Dia membuat hidup Adit bersemangat. Tampak anggun mempesona. Apalagi sikapnya yang ramah dan sopan santun. Adit tak akan pindah kelain hati. Perempuan Fiksi, siapa yang tak terpikat dengannya. Sungguh anugerah Tuhan yang tiada taranya.
Lelaki seperti Adit tentu tak tahan melihat kecantikannya. Duh bangganya bila Adit disapanya. Ditegurnya dengan ramah.
”Ka pian hakunlah mangawani ulun ?” ujarnya.
”Mangawanikah ? mangawinikah ?” jawab Adit.
”Han Kaka. Mangawani Ka ai,” ujar PF.
”Kemana ?” tanya Adit.
”Kamana pian nang katuju.”
”Ka Loksado hakunlah?”
”Tasarah pian haja. Pabila pian kada aur ?”
”Hari Minggu baisukan.”
”Ayuha.”
Perempuan Fiksi mengajak Adit jalan-jalan. Hari Minggu adalah hari yang tepat untuk jalan-jalan. Karena hari lainnya Adit sibuk bekerja. Juga Perempuan Fiksi sangat sibuk. Loksado jadi pilihan tempat untuk jalan-jalan karena adalah wadah wisata favorit Adit. Dalam sebulan minimal satu kali Adit menginjakkan kaki disana.
Kebetulan kali ini Perempuan Fiksi mengajak Adit kesana. Tepat sekali. Adit ingin mengukir keindahan di Loksado bersamanya.
Bersama Perempuan Fiksi Adit merasa lebih berani menghadapi hidup. Sejatinya Adit adalah lelaki pemalu. Tidak kemanusiaan. Maksudnya, pemalu. Bila melihat orang merasa ingin menjauh. Tidak pede kata orang istilahnya. Lekas tersinggung. Seakan orang membicarakan kekurangan kita terus.
Tapi sejak berkenalan dengan Perempuan Fiksi gairah hidup Adit sebagai seorang laki-laki kian meningkat.
Pukul 10.00 Wita Adit ke Kandangan. Seperti janji lewat handphone Perempuan Fiksi (sekarang disingkat PF) menunggu Adit di masjid Istiqamah. Sepeda motor diparkir disana. Ke Loksado memakai motor milik PF. Adit yang nyetir. ” Ka kita singgahan di warung simpang tiga Jalan Hanyar dulu lah,” ujar PF. ” Ayuha,”
Mereka singgah dulu minum. Mereka memesan es campur. PF mengambil tahu dan bakwan. Sedang Adit mengambil tahu, tempe, dan pisang goreng. Mencari tempat kosong. Saat itu ada beberapa pengunjung warung yang jadi favorit warga Kandangan tersebut.
Penampilan PF kian meyakinkan. Apalagi pakai jilbab seperti ini. ” Ka ulun haja gin mambayari,” ujar PF setelah mereka selesai minum. Merasa malu juga ceweknya yang membayari. Semestinya yang cowok yang mentraktir. Tapi berduit ceweknya jadi bagaimana lagi ?
Mereka berangkat ke Loksado pukul 11.00 Wita. PF bawa tas berisi baju ganti. Kamera digital, dompet, dan HP. Sebelum ke Loksado Adit dan PF ke Bendungan Amandit.
Sebelum Tanuhi ada pos retribusi / karcis masuk objek wisata Loksado. Dalam karcis terdapat tulisan Rp.1000,- sekali masuk. Tapi petugas malah memungut Rp.2000,-/orang. Adit agak kesal juga menyaksikan hal ini.
Tiba di Loksado tengah hari. Seperti biasa Adit ke Malaris, ke Riam Anai. Disana tempat favoritnya bersantai dan rileks mengusir kepenatan selama satu minggu bekerja. Ternyata hari itu orangnya banyak juga. Ini terlihat dari beberapa buah motor yang diparkir dekat gubuk. Jembatan gantung kian rusak. Mereka harus hati-hati melewatinya. PF memegang tangan Adit. ” Ka ulun takutan,” ujar PF.
Mereka berjalan naik ke atas. Disana ada beberapa orang asyik mandi. Adit dan PF lantas menuju ke tempat yang lebih sunyi. Kali ini perasaan hati mereka kian membuncah. Pikiran makin membersit kepada hal-hal yang abstrak.
Kandangan, November 2011
Sumber:
http://sketsahss212.blogspot.co.id/2012/06/kumpulan-cerpen-akhmad-husaini.html
0 komentar: